Rabu, 15 Juni 2011

Mendiknas: Tak Terjadi Sontek Massal di Gadel

Kementerian Pendidikan Nasional menyimpulkan tak terjadi kecurangan berupa menyontek massal dalam pelaksanaan Ujian Nasional 2011 di SD II Gadel, Tandes, Surabaya, Jawa Timur. Hal itu disampaikan Menteri Pendidikan Nasional M Nuh, dalam jumpa pers di Gedung Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta, Rabu (15/6/2011).

Nuh menjelaskan, kesimpulan tersebut didapatkan setelah dinas pendidikan setempat melakukan analisis terhadap pola jawaban 60 siswa SD II Gadel yang menjadi peserta ujian. Hasil analisis menunjukkan, tidak ada pola yang sama dalam lembar jawaban siswa. Parameter output pola jawaban, menurut Nuh, merupakan instrumen yang bisa dijadikan tolok ukur untuk menyimpulkan apakah terjadi nyontek massal atau tidak. Itu karena peristiwa ini dilaporkan setelah UN selesai dilaksanakan.

"Kita sudah mendapatkan jawaban dari setiap anak di Gadel, akan ketahuan apakah polanya sama sehingga terjadi nyontek massal. Kalau satu kelas salahnya sama, benarnya sama, nilainya sama, kita curigai ada nyontek massal. Tetapi, setelah melihat pola jawaban Matematika dan pelajaran lainnya, tidak menunjukkan terjadi kesamaan sehingga kami menyimpulkan tidak terjadi nyontek massal," kata Nuh.

Ia memaparkan, dari laporan yang diterima, ditemukan bahwa ada instruksi dari guru kepada siswa. Hal ini, ditegaskannya, merupakan kecurangan dan guru telah mendapatkan sanksi. Akan tetapi, instruksi tersebut tidak serta-merta berjalan dalam pelaksanaan ujian.

"Bu Siami (orangtua siswa) melaporkan kejadian ini setelah ujian selesai. Sementara, kita sendiri tidak tahu bagaimana kejadiannya, tetapi sudah menyimpulkan terjadi nyontek massal. Untuk membuktikan apakah terjadi nyontek massal atau tidak, yang bisa kita lakukan adalah melihat bagaimana hasilnya," tutur Nuh.

Akan tetapi, hingga saat ini pengumpulan data masih berjalan. "Yang saat ini, kami melihat ada input bahwa ada instruksi kecurangan, kemudian untuk membuktikan kita lihat output hasil ujiannya," katanya.

Menurut Nuh, setiap ruang kelas diawasi oleh dua guru pengawas yang berasal dari SD dan madrasah ibtidaiyah yang tidak mengajar sekolah tersebut. Para guru pengawas juga akan dikonfirmasi apakah terjadi nyontek massal seperti diasumsikan. "Jangan mengambil kesimpulan sebelum mengetahui bagaimana duduk perkaranya," ujar dia.

Kasus ini berawal dari pengakuan orangtua siswa, Siami, kepada Dinas Pendidikan Jawa Timur. Ia melaporkan bahwa anaknya dipaksa untuk membagikan jawaban kepada teman-temannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar