Rabu, 15 Juni 2011

Imunoterapi, Penyembuh Kanker Masa Depan

Perusahaan farmasi di dunia kini semakin fokus pada pemanfaatan sistem imun tubuh untuk melawan penyakit kanker. Mereka yakin, sistem kekebalan tubuh merupakan kunci untuk menaklukkan penyakit yang hingga kini belum ada obatnya itu.
Pengobatan dengan sistem imun tubuh atau disebut dengan imunoterapi kini dipandang sebagai solusi untuk kasus kanker dan dapat meningkatkan harapan dan kualitas hidup pasien. Kendati demikian, pengembangan terapi ini masih menghadapi kemungkinan efek samping dan biaya yang mahal.
Saat ini, para ilmuwan terus mendalami imunoterapi untuk 23 jenis kanker. "Percobaan yang membuktikan konsep ini sudah selesai dilakukan. Sehingga kami tidak perlu meyakinkan pasien bahwa ini adalah ide yang bagus," kata Ira Mellman, Wakil Presiden Riset Onkologi dari Genentech, perusahaan bioteknologi.
Saat ini, sudah ada obat imunoterapi yang mendapat persetujuan badan pengawas obat di negara-negara maju, misalnya saja Dendreon dan Yervoy produksi Bristol-Myers Squibb. Akan tetapi, harganya masih mahal.
Misalnya saja Yervoy yang dipakai untuk mengobati kanker kulit atau melanoma yang dibandrol 120.000 Dollar AS (sekitar 1 miliar rupiah) untuk regimen standar. Sementara itu, Provenge untuk kanker prostat harganya sekitar 93.000 Dollar AS (sekitar 830 juta rupiah).
Meski di negara maju obat itu dibiayai oleh asuransi, namun para ahli tidak yakin apakah dokter akan meneruskan pengobatan yang demikian mahal itu jika penyakit kankernya tidak bisa disembuhkan. Tujuan dari obat tersebut adalah memperpanjang usia pasien.
Obat-obatan kanker generasi sebelumnya, yakni terapi target yang sebenarnya cukup efektif hanya bisa menunda kekambuhan penyakit. Penggunaan obat ini juga dibayangi oleh resistensi penyakit serta tidak semua sel kanker dibersihkan. Oleh sebab itu, imunoterapi ini diharapkan dalam jangka panjang bisa menjadi solusi untuk menghentikan siklus ini.

RI Yakin Target Pengendalian HIV/AIDS Tercapai

ndonesia menyatakan optimistis dapat mencapai target 2015 yang dituangkan dalam Deklarasi tentang HIV/AIDS, yaitu deklarasi politik yang dihasilkan dalam pertemuan tingkat tinggi di Markas Besar PBB di New York, akhir pekan lalu. Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono meyakini, Indonesia bisa mencapai target itu, namun dengan syarat jika pemerintah pusat dan daerah memiliki tekad yang sama.
"Sekarang ini ada yang punya kepedulian tinggi, ada yang tidak. Sehingga hasilnya pun ada angka AIDS yang tinggi, seperti di Papua, ada yang rendah yaitu karena terkontrol dengan baik. Kalau dilakukan langkah-langkah yang nyata, saya berkeyakinan target-target global maupun nasional di daerah-daerah bisa tercapai di Indonesia," kata Menkokesra seperti dilansir Antara (14/6/2011). Menurutnya, Indonesia hingga kini menunjukkan kemajuan dalam menjalankan berbagai target menyangkut pencegahan dan pengendalian penularan HIV/AIDS. Kemajuan juga dialami dalam hal komposisi penyediaan dana untuk obat-obatan, yang saat ini bersumber 70 prosen dari dalam negeri dan 30 prosen dari bantuan luar negeri, termasuk Global Fund. Pertemuan Tingkat Tinggi selama tiga hari yang dihadiri 3.000 peserta, termasuk 30 kepala negara/pemerintahan, berakhir dengan menghasilkan "Political Declaration on HIV/AIDS: Intensifying our Efforts to Eliminate HIV/AIDS" dalam sidang Majelis Umum PBB.
Melalui deklarasi itu, untuk pertama kalinya negara-negara anggota PBB menetapkan target-target global, baik dalam upaya pencegahan maupun pengobatan.
Selain berisi komitmen global yang relatif ambisiius dalam meningkatkan upaya menghapuskan HIV/AIDS, deklarasi secara khusus juga menetapkan berbagai langkah yang akan ditempuh negara-negara untuk mencapai target tersebut.
Sebagai Ketua Delegasi RI di Pertemuan Tingkat Tinggi itu, Menko Kesra dalam pidatonya di Majelis Umum mengungkapkan masih banyak tantangan yang dihadapi Indonesia ke depan, termasuk masih tingginya ketidakpedulian tentang penyakit HIV/AIDS.
Untuk ke depan, ujarnya, Indonesia akan memberi perhatian lebih kepada tiga kalangan, yaitu perempuan, yang makin banyak terkena HIV positif; pria berisiko tinggi terkena HIV dan bekerja di tempat terpencil seperti pertambangan, perikanan, pertanian; serta kalangan muda berusia 15-24 tahun yang rentan terkena HIV karena gaya hidup mereka, menjadi pekerja seks atau penggunaan jarum suntik untuk narkoba.
Pengetahuan
Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kementerian Kesehatan RI, M. Subuh, mengungkapkan bahwa empat target nasional, yang didasarkan pada Millenium Development Goals (MDGs) 2015 dan Inpres 3/2010 menyangkut pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS di Indonesia, sebagian besar sudah berada dalam jalur yaitu dalam hal akses pengobatan, pemakaian kondom, serta prevelansi.
Namun, pengecualian terletak pada tingkat pengetahuan masyarakat tentang cara penularan HIV/AIDS. "Kalau dilihat, dari 104 butir poin deklarasi itu, mungkin 80-90 persennya sudah bisa kita laksanakan... kecuali pengetahuan," katanya. Menurut Subuh, sampai akhir 2014 ditargetkan pengetahuan komprehensif masyarakat berusia di atas 15 tahun mencapai 95 persen. Namun sampai 2010, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), baru 11,6 prosen masyarakat usia tersebut yang memiliki pengetahun komprehensif tentang cara penularan HIV/AIDS.
Sebagai gambaran, hasil riset pengetahuan dasar dengan mengajukan tiga pertanyaan utama menyangkut HIV/AIDS, ungkap Subuh, menunjukkan 86,4 persen responden menjawab bahwa HIV AIDS dapat ditularkan melalui nyamuk, berjabatan tangan dan bekas minuman.
"Dari situ saja kita tau bahwa masyarakat tidak mengerti, belum paham, atau mempunyai stigmatisasi sehingga tidak mau tahu dengan cara penularannya," katanya.
Upaya peningkatan pengetahuan menurutnya akan terus didorong melalui pemerintah-pemerintah daerah. "Upaya untuk meningkatkan pengetahuan kita lakukan juga bersama-sama dengan dunia pendidikan. Sebagian juga mungkin bulan Juli (2011) ini sudah masuk dalam kurikulum mereka," tandasnya.

7 Olahraga yang Bikin Seksi

Jangan meremehkan manfaat olahraga untuk meningkatkan gairah seksual lho. Olahraga yang dilakukan secara teratur akan meningkatkan mood, membuat gairah lebih membara, dan tentunya membakar kalori sehingga Anda lebih pede saat memamerkan tubuh di hadapan pasangan.
Jika alasan di atas masih belum membuat Anda berniat untuk berolahraga, mungkin "olahraga seksi" layak untuk dicoba karena bisa membuat aksi Anda lebih "panas" saat di ranjang.
"Olahraga seksi akan membuat kita lebih menyesuaikan diri pada tubuh dengan cara yang sensual sehingga kita merasa lebih menerima dan tertarik kepada seks," kata Marianne Brandon, PhD, psikolog klinik dan seks terapis dari AS.
Berikut adalah cara membakar kalori dengan cara "seksi":
1. Tari Salsa
Jangan ragu turun ke lantai dansa dan menari salsa. Melakukan tari salsa selama 30 menit cukup membakar 200 kalori. Tak ada salahnya mengajak pasangan untuk berlatih bersama-sama. Gerakan-gerakan sensual dalam tarian ini tentu akan membuat Anda dan pasangan tak sabar menunggu waktu malam.
2. "Pole dancing"
Menari di tiang (pole dancing) kini bukan hanya untuk para penari erotis. Di pusat-pusat kebugaran tarian tiang ini sudah dimodifikasi menjadi salah satu varian senam aerobik. Walau gerakannya sedikit erotis, sebenarnya gerakan dalam pole dancing ini sangat efektif menguatkan otot. Pole dancing ini juga sering direkomendasikan Brandon untuk pasien wanita yang sedang mengalami penurunan libido.
3. Tari perut
Pesan utama yang bisa diambil dari tarian asal Timur Tengah ini adalah cintai tubuhmu apa adanya. Anda tidak perlu bertubuh langsing dengan pinggang bak gitar untuk terlihat seksi saat melakukan tari perut. Siapa pun bisa menari perut. Selain membuat Anda merasa seksi, dalam satu jam tari perut akan membuat 300 kalori terbakar.
4. "Hula hoop"
Olahraga ini bukan cuma untuk anak-anak. Selain menggoyangkan pinggul dengan hula hoop, Anda juga bisa mengombinasikan dengan gerakan lain. Lakukan secara teratur, bukan hanya lingkar pinggang yang akan berkurang, kegiatan ini juga akan membuat kita merasa lebih fun. "Ini akan membuat kita melihat citra tubuh secara lebih baik. Pada akhirnya kita akan lebih tertarik pada aktivitas seksual," kata Brandon.
5. Tari Zumba
Zumba sebenarnya berarti "bergerak dengan cepat". Tarian yang berasal dari Kolombia ini sedang menjadi tren di Amerika Serkat. Olahraga ini menggabungkan gerakan aerobik yang lincah dan dinamis dengan tarian Latin yang seksi serta gerakan tari hip-hop.
6. Tarian Bollywood
Tarian yang terinsipirasi dari Bollywood, India, ini sangat efektif membuat kita lebih berenergi sekaligus merasa seksi. Ditambah lagi kemampuannya membakar kalori hingga 200 kalori dalam 30 menit. Selain itu, kebanyakan tarian India bercerita tentang indahnya jatuh cinta atau kehilangan cinta. Anda juga bisa melakukan tarian ini di rumah dengan melihat video atau VCD senam Bollywood.
7. "Naked Yoga"
Berlatih yoga tanpa busana (naked yoga) sebenarnya hampir sama dengan yoga biasa, kecuali yang melakukannya tidak menggunakan selembar pakaian pun. Para pelaku yoga ini mengaku tanpa pakaian mereka merasa lebih rileks, tenang, dan melakukan gerakan lebih baik. Mereka juga mengatakan lebih mampu menghargai tubuh apa adanya.
Menurut Brandon, semua pose yoga, dilakukan dengan busana atau tidak, bermanfaat untuk membuka pinggul, paha, dan pelvis serta menguatkan otot dasar panggul. Jika dilakukan secara teratur, latihan ini akan menghasilkan orgasme yang lebih dalam.

Pertumbuhan Kota Picu Perkembangan DBD

Pertumbuhan penduduk dan ekonomi di negara berkembang, termasuk di kawasan ASEAN, memperbesar masalah demam dengue. Apalagi, perkembangan di sebagian besar negara berkembang belum diikuti infrastruktur dan sistem kesehatan masyarakat memadai.
Hal itu mengemuka dalam ASEAN Dengue Conference bertema ”Dengue is Everybody’s Concern, Causing Socio-Economic Burden, but It’s Preventable”, Selasa (14/6). Dalam kesempatan yang sama dilaksanakan Dialog Nasional Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dan Menteri Dalam Negeri dengan perwakilan pemerintah daerah.
Dalam makalahnya, Director Signature Research Program in Emerging Infectious Diseases Duke-NUS Graduate Medical School Singapore Duane J Gubler menyatakan, tren perubahan epidemi dengue merupakan tren global. Pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang, termasuk di ASEAN, mendorong pertumbuhan kawasan perkotaan dan perkembangan transportasi modern. Hal itu diikuti perpindahan penduduk, hewan, komoditas, dan patogen.
Berdasarkan kasus yang dicatat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terjadi peningkatan kasus demam dengue secara global, yakni dari 908 kasus di hampir 10 negara tahun 1955-1959 menjadi 1.016.612 kasus di hampir 60 negara tahun 2000-2009.
Di Indonesia, kasus demam berdarah dengue (DBD) meningkat sejak tahun 1968, dari puluhan kasus menjadi 155.777 kasus tahun 2010 dengan total kematian 1.358 orang. Rata-rata tingkat kejadian nasional 65,57 per 100.000 penduduk.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan, peningkatan jumlah penduduk dan perubahan wilayah dari desa ke kota serta urbanisasi sering tidak diikuti dengan penataan kota yang baik.
Penyakit DBD tak lepas dari nyamuk sebagai vektor (pembawa) virus dengue. Daerah perkotaan yang kurang resapan air, padat, dan lingkungan yang tidak memerhatikan aspek kesehatan menjadi habitat nyamuk. Untuk itu, pemberantasan sarang nyamuk merupakan strategi utama.
Pemberantasan sarang nyamuk dan larva (jentik) juga menjadi strategi utama sejumlah negara di ASEAN seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei. Strategi itu diikuti manajemen penanganan kasus yang mengedepankan diagnosa tepat secepat mungkin.
Dalam dialog dengan para perwakilan pemda, Menkes mengatakan, penanganan demam dengue terbaik dengan pendekatan promotif dan preventif. Kota Mojokerto, misalnya, berhasil menurunkan angka kesakitan DBD lewat pemberantasan sarang nyamuk. Tahun 2004-2006 di Mojokerto selalu terjadi kejadian luar biasa. Angka kesakitan DBD 227 per 100.000 penduduk. Tahun 2010, setelah program berjalan, angka kesakitan turun menjadi 15 per 100.000 penduduk.
Uji coba vaksin Endang mengatakan, pengembangan vaksin DBD akan mengurangi angka kesakitan secara signifikan. Namun, manfaat vaksin baru akan dirasakan bertahun-tahun ke depan.
Seorang ahli yang terlibat dalam pengembangan vaksin oleh suatu produsen farmasi, Alain Bouckenooghe, menyatakan dalam makalahnya, pengembangan vaksin dengue dilakukan sejak tahun 1920. Sejumlah tantangan antara lain tidak adanya model binatang untuk demam dengue dan ada empat serotipe virus sehingga pembuatan vaksin rumit. Uji klinis untuk efikasi vaksin dilakukan tahun 2009 di Thailand. Uji klinis fase tiga dilakukan di sejumlah negara Asia.
Sehari sebelumnya, Ketua Tim Vaksinasi DBD DKI Jakarta dr Rini Sekartini mengatakan, dari 200 anak sekolah dasar yang jadi responden uji coba vaksin, baru 13 anak yang divaksinasi. Mereka bagian dari 800 penduduk Jakarta yang akan divaksinasi. Total penduduk Indonesia yang akan divaksinasi 2.000 orang. Negara lain tempat uji coba vaksin DBD adalah Thailand, Vietnam, Filipina, dan Malaysia. (WIN/INE)

Bisakah Hipnoterapi Hilangkan Beban?

TANYA :
Dok, saya ingin sekali di-hipnoterapi karena begitu banyak rahasia yang saya simpan sendiri dan saya takut untuk mengungkapkannya kepada orang- orang yang saya kenal. Bisakah hipnoterapi membuat saya terhindar dari beban itu, seperti saya sudah mengatakannya kepada masing-masing orang yang berhak mengetahuinya?
(RANI, 20, JAKARTA)

JAWAB :
Rani yang Baik,
Hipnoterapi dalam ilmu kedokteran jiwa atau psikiatri adalah bagian dari Psikoterapi. Hipnoterapi adalah salah satu pilihan psikoterapi selain dengan terapi kognitif dan perilaku, terapi interpersonal, psikoanalisis, terapi kelompok dan macam-macam lainnya. Hipnoterapi tidak selalu dilakukan untuk setiap orang, namun dilakukan jika pada pemeriksaan dengan menggunakan wawancara psikiatrik ditemukan bahwa pasien atau klien ini cocok dengan penggunaan hipnoterapi.
Orang yang melakukan hipnoterapi pun sepatutnya menguasai teknik-teknik psikoterapi dasar, ilmu diagnosis gangguan jiwa,ilmu perilaku manusia dan kesehatan jiwa. Hal ini agar hipnoterapi yang dilakukan bukanlah hanya sekedar merelaksasikan pikiran atau menambah input-input positif tanpa tahu dasar diagnosis pasien/klien.
Satu hal yang perlu diingat dan ini yang sering disalahpahami adalah bahwa Hipnoterapi bukanlah cara instan untuk melepaskan diri dari masalah di pikiran kita. Ini bukanlah cara instan yang bisa menjawab semua keadaan yang dialami oleh pikiran orang yang mengalami masalah. Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui.
Jadi, bila Rani menginginkan hipnoterapi sebagai suatu cara untuk menghilangkan beban akibat rahasia-rahasia yang disimpan sepertinya konsep hipnoterapi yang dipahami Rani kurang tepat.
Dalam kondisi Rani, mungkin hipnoterapi bisa membantu Rani untuk lebih berani mengungkapkan rahasia kepada orang yang Rani anggap memang bisa memahami apa yang dialami Rani. Jadi ingat, sekali lagi bahwa hipnoterapi dalam hal ini bukan bersifat pasif dan bekerja sendiri, tapi memerlukan juga bantuan dari pasien/klien itu sendiri. Semoga jawaban ini bisa membantu.
Salam Sehat Jiwa.
Share

Mengapa Berhenti Merokok Bikin Gemuk?

Bukan rahasia lagi jika pecandu rokok yang ingin menghentikan kebiasaan buruknya itu sering mengeluh berat badannya bertambah. Ternyata hal itu berkaitan dengan kemampuan nikotin mengganggu sel di otak yang bertugas memberi sinyal saat perut sudah merasa kenyang.
Mekanisme tersebut baru diketahui para peneliti yang hasil risetnya dipublikasikan dalam jurnal Science. Penemuan ini secara tidak sengaja diketahui ilmuwan dari Yale University saat meneliti nikotin pada mencit. Binatang tersebut mendadak mulai makan lebih sedikit saat zat nikotin memasuki tubuhnya.
Di dalam otak, nikotin akan menempel pada berbagai reseptor di permukaan sel, termasuk juga pada bagian ganjaran (reward) sehingga memberikan rasa nikmat dan membuat seseorang ingin mengulanginya.
Selain itu ternyata nikotin juga mengikatkan diri pada reseptor pada saraf yang mengatur nafsu makan, yang tidak terkait pada efek adiksi. Bagian saraf ini berlokasi di hipotalamus dan mengirimkan sinyal kenyang setelah makan sehingga kita bisa mengatur kapan harus berhenti.
Hal ini menjelaskan mengapa para perokok sering merasa tidak lapar ketika mereka sedang menghisap tambakau. Ketika mereka ingin berhenti dari kebiasaan merokok, banyak perokok yang mulai makan lebih banyak, sehingga rata-rata mengalami kenaikan berat badan sampai 5 kilogram setelah berhenti.
Meski kenaikan berat badan yang dialami tergolong sedang, namun menurut Picciotto hal ini bisa menghambat motivasi seseorang untuk berhenti merokok. Dengan diketahuinya mekanisme nikotin di otak, diharapkan akan diciptakan obat untuk lepas dari kebiasaan merokok yang mampu bekerja secara spesifik pada reseptor di otak.
Obat semacam itu sebenarnya sudah tersedia di daerah Eropa Timur yang dibuat dari tumbuh-tumbuhan. Namun obat ini memiliki efek samping.
"Reseptor itu juga berkaitan dengan respon stres tubuh sehingga bisa menyebabkan efek samping seperti tekanan darah tinggi," kata Marina Picciotto, peneliti dari Yale.
Ia menambahkan, rokok memiliki banyak efek buruk seperti memicu kanker, serangan jantung dan berbagai penyakit kronik lagi. Karena itu bertambah sedikit berat badan menurutnya bukan hal yang perlu dikhawatirkan.

Asap Rokok Telah Mengepung Kita

Sekitar 50 anak usia 8-14 tahun terlibat dalam permainan interaktif tentang bahaya merokok di Lantai IV Gereja St Yoseph, Jalan Matraman Raya, Jakarta Timur, Minggu (5/6). Dari kegiatan itu diketahui, ternyata semua anak itu telah tahu dan mengenal rokok. Mereka mendapatkan informasi rokok dari perokok serta iklan dan promosi yang mereka temui, baca, atau lihat setiap hari di sekeliling mereka.
Apa yang muncul dari kegiatan itu sama dengan kondisi yang terjadi sebenarnya di masyarakat. Riset yang pernah dilakukan Komisi Nasional Perlindungan Anak bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Hamka pada 2007 menemukan hal yang sama.
Sebanyak 99,7 persen remaja usia 13-15 tahun pernah melihat iklan rokok di televisi, 76,2 persen pernah melihat iklan rokok di media cetak, dan 86,7 persen pernah melihat iklan rokok di baliho atau poster di luar ruang. Tidak kurang dari 81 persen remaja responden riset juga mengaku pernah mengikuti kegiatan yang disponsori industri rokok.
”Asap rokok memang telah mengepung kita. Semakin banyak keluarga, teman, atau kenalan kita sakit, bahkan meninggal dunia akibat rokok. Namun, tetap saja jumlah perokok bertambah,” kata Connie T, ketua panitia kegiatan promosi antirokok kepada anak itu.
Apa yang dilakukan Connie agaknya tidak sebanding dengan apa yang dilakukan industri rokok dan pengikutnya demi mempromosikan rokok. Lihat saja, selain iklan rokok yang berhamburan di setiap media, hampir setiap bulan di depan halaman Balai Kota DKI Jakarta ataupun di DPRD DKI Jakarta selalu ada demo yang menuntut dicabutnya Peraturan Gubernur Nomor 88 Tahun 2010.
Pergub yang menghapus ruang khusus merokok di tempat umum itu membuat perokok tidak bisa merokok di dalam ruangan di tempat umum kecuali di udara terbuka. Para pendemo sering kali mengajak pedagang asongan berdemo, dengan alasan mereka inilah yang akan terkena dampaknya dengan pelarangan itu.
Aksi demo ini tentu saja mengherankan. Masalahnya, sudah dilarang saja jumlah perokok tiap tahun terus meningkat. Bahkan, Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India (WHO, 2008). Pada tahun 2007, Indonesia menduduki peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia, dan Jepang.
Hasil Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan tahun 2010 menemukan penduduk berumur di atas 15 tahun yang merokok sebesar 34,7 persen. Peningkatan prevalensi perokok terjadi pada kelompok umur 15-24 tahun dari 17,3 persen (2007) menjadi 18,6 persen atau naik hampir 10 persen dalam kurun tiga tahun. Peningkatan juga terjadi pada kelompok umur produktif, yaitu 25-34 tahun dari 29,0 persen (2007) menjadi 31,1 persen (2010).
Hasil riset yang mengejutkan ini tentu saja mendorong Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk terus menjaga warganya dari bahaya asap rokok. Pemprov menilai, upaya pengendalian rokok ini harus terus dilakukan.
Sebenarnya pada tahun 2004, Pemprov DKI sudah mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur No 16/2004 tentang pengendalian rokok di tempat kerja di lingkungan Pemprov DKI. SK itu disosialisasikan di seluruh jajaran pemerintah daerah hingga kecamatan dan kelurahan, bahkan di lingkungan kerja di DKI harus ada kawasan tanpa rokok.
SK Gubernur ini lalu dikembangkan menjadi Peraturan Daerah No 75/2005 tentang Kawasan Dilarang Merokok di tempat belajar mengajar, tempat bermain anak, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja dan tempat umum. Namun, ini pun ternyata belum efektif.
Tidak peduli
Masih banyak ditemukan perokok yang tidak peduli dengan merokok di tempat umum. Selain itu, asap rokok masih bisa mencemari ruangan-ruangan lain sehingga membahayakan yang tidak merokok. Melihat kenyataan ini, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo pun akhirnya mengeluarkan Pergub No 88/2010 yang menghapus semua tempat merokok di tempat umum.
”Kita sudah mengetahui, penyakit-penyakit yang ditimbulkan rokok telah melemahkan sumber daya kita. Asap rokok telah memicu sedikitnya 35 macam penyakit, mulai dari penyakit saluran pernapasan, kanker paru-paru, penyakit pembuluh darah, impotensi, stroke, dan kanker kandung kemih. Jadi, lebih banyak kerugian yang ditimbulkan dari pada keuntungannya,” papar Fauzi.
Data dari Tobacco Control Support Center-Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia menyebutkan, kerugian akibat penyakit yang ditimbulkan asap rokok mencapai Rp 167 triliun pada tahun 2005. Pada saat yang sama, pendapatan pemerintah dari cukai tembakau hanya sebesar Rp 32,6 triliun.
Sementara Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta Peni Susanti mengatakan, berdasarkan hasil survei, sebagian besar masyarakat kalangan menengah ke bawah menghabiskan 20 persen dari pendapatannya untuk membeli rokok. Kenyataan ini tentu sangat ironis sekali mengingat untuk makan saja terkadang susah, tetapi mereka mampu menyisihkan uangnya hanya untuk rokok.
Dengan melihat kondisi buruk yang ditimbulkan rokok dan gempuran yang terus-menerus dilakukan oleh industri rokok dan kelompok pengikutnya, upaya untuk membebaskan masyarakat yang tidak merokok dari bahaya asap rokok harus terus dilakukan. Keikutsertaan warga masyarakat pun dibutuhkan, yakni dengan memberikan sanksi sosial bagi perokok. Caranya dengan berani menegur perokok ketika mereka merokok di sembarang tempat.
Penulis : M Clara Wresti

Temulawak Bisa Melawan Penuaan

Industri jamu di Indonesia saat ini tengah mengembangkan penelitian untuk memanfaatkan potensi herbal dalam mengatasi masalah degeneratif atau penyakit penuaan.
Menurut keterangan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional, Charles Saerang, salah satu penelitian yang sedang dikembangkan pabrik jamu adalah memanfaatkan kombinasi antara temulawak dan sambiloto sebagai anti-penuaan.
Kombinasi antara dua jenis tanaman ini, kata Charles, dipercaya memiliki manfaat bagi kesehatan terutama sebagai antioksidan. "Kombinasi antara sambiloto dengan temulawak bisa menghambat penuaan sehingga orang terlihat awet muda. Hal tersebut telah kita pelajari dari beberapa ratus orang yang mengonsumsi, nyatanya terasa lebih segar. Dan dapat memotivasi kerja makin meningkat," ujar Charles saat ditemui di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Sabtu (11/6/2011).
Charles menambahkan, penggunaan sambiloto dalam formula antioksidan tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Pasalnya, tanaman ini memiliki rasa pahit yang luar biasa, dan diduga dapat menyebabkan kerusakan pada liver.
Hal itulah yang membuat sambiloto harus dikombinasikan dengan temulawak. Meskipun pada beberapa penelitian di Thailand, kata Charles, sambiloto dipercaya mempunyai manfaat menyembuhkan penyakit kanker perut karena rasa pahitnya tersebut.
Temulawak paling banyak digunakan
Charles memaparkan, temulawak saat ini adalah salah satu jenis tanaman yang digunakan sebagai dasar pembuatan jamu, dan paling banyak digunakan oleh pabrik-pabrik jamu di Indonesia.
"Jadi, ramuan apa pun juga di herbal kalau enggak pakai temulawak tidak akan efektif. Temulawak ini sebagai suatu tanaman yang juga mengakomodasi seluruh tanaman lain," ujarnya.
Sejak zaman dulu, lanjut Charles, temulawak memang telah dipercaya sebagai obat herbal yang mempunyai banyak manfaat, di antaranya membuat tidur jadi nyenyak, meningkatkan nafsu makan, dan memperlancar buang air besar.

Kenapa Beras Merah Lebih Menyehatkan?

Selama ini, sebagian besar masyarakat lebih memilih untuk mengonsumsi beras putih dibanding beras merah. Padahal, ada banyak kelebihan dan manfaat yang terkandung dalam sebutir beras merah.
Menurut dr. Samuel Oetoro MS, SpGK, pakar gizi klinis dari MRCCC Siloam, beras merah mempunyai kandungan vitamin B1, B6, dan B12 yang tinggi. Sebagaimana diketahui, vitamin B merupakan kunci untuk pembentukan energi bagi tubuh manusia.
"Pembentukan energi di sel, difasilitasi oleh kecukupan vitamin B. Salah satunya ada di beras merah," katanya, dalam acara Diskusi Sehat Bersahabat dengan Glukosa, Selasa, (14/6/2011) di Jakarta.
Selain itu, kata Samuel, beras merah mempunyai kandungan serat lebih tinggi dibandingkan beras putih. Manfaat dari serat tersebut di antaranya untuk mengganggu penyerapan gula dalam karbohidrat, serta mengganggu penyerapan lemak yang masuk bersama makanan sehingga akan lebih menyehatkan.
"Jadi memang keliatannya kasat mata kurang menarik. Tapi dia sehat karena seratnya tinggi. Sebaiknya, kalau makan jangan pilih beras putih, pulen, atau nasi ketan, yang kelihatannya putih kinclong, itu tidak sehat karena bisa membuat kadar gula darah anda naik," jelasnya.
Dalam beberapa literatur dikatakan, unsur gizi lain yang terdapat pada beras merah adalah fosfor (243 mg per 100 gr bahan) dan selenium. Selenium merupakan elemen kelumit (trace element) yang merupakan bagian esensial dari enzim glutation peroksidase. Enzim ini berperan sebagai katalisator dalam pemecahan peroksida menjadi ikatan yang tidak bersifat toksik.
Peroksida dapat berubah menjadi radikal bebas yang mampu mengoksidasi asam lemak tidak jenuh dalam membran sel hingga merusak membran tersebut, menyebabkan kanker, dan penyakit degeneratif lainnya. Karena kemampuannya itulah banyak pakar mengatakan beras merah mempunyai potensi untuk mencegah penyakit kanker dan penyakit degeneratif lain.

Apel, Buah Paling Tercemar Pestisida

Buah apel menduduki urutan pertama sebagai produk yang paling terkontaminasi pestisida dalam laporan yang dipublikasikan Environmental Working Group, kelompok advokasi kesehatan publik Amerika.
Laporan tersebut merupakan yang ketujuh yang menganalisis data pemerintah terhadap 53 buah dan sayuran untuk mengetahui hasil tanaman yang paling tinggi pestisidanya setelah dicuci. Untuk produk yang ternyata paling terkontaminasi, Environmental Working Group (EWG) merekomendasikan untuk memilih yang organik.
Buah apel naik tiga peringkat dari tahun lalu, menggantikan seledri yang sebelumnya menduduki urutan pertama dan kini turun di urutan kedua. Hampir 92 persen apel mengandung dua atau lebih pestisida.
"Mungkin apel diberi pestisida dan pembasmi jamur lebih banyak agar buah ini bisa awet lebih lama," kata analis EWG, Sonya Lunder. "Pestisidanya mungkin saja dalam jumlah kecil, tetapi kita belum tahu apakah ada efeknya dalam jangka panjang," lanjutnya.
Sementara itu, stroberi berada di urutan ke-3 dan anggur yang diimpor menempati urutan ketujuh. Di lain pihak bawang menjadi produk pertanian yang paling "bersih" dengan jumlah pestisida paling minim.
Produk pertanian yang masuk dalam daftar 12 paling terkontaminasi adalah apel, seledri, stroberi, buah persik (peach), bayam, nectarine (buah lokal AS), anggur, merica, kentang, bluberi, selada dan kale.
Ranking ini menggambarkan jumlah bahan kimia yang berada dalam makanan. Mayoritas bahan makanan yang diteliti ini sudah dicuci dan dikupas sebelumnya. Mencuci buah dan sayur dengan produk pencuci ternyata tidak cukup ampuh untuk menghilangkan pestisida karena zat kimia itu diserap oleh tanaman dan terletak di bawah kulit buah.
Mengonsumsi lima macam buah dan sayuran dari kelompok yang paling terkontaminasi berarti terpapar 14 jenis pestisida.
Untuk mereka yang tidak mampu membeli produk organik, Ken Cook, Presiden EWG, menganjurkan agar memilih buah lain sebagai alternatif. "Tidak bisa membeli apel organik, pilih saja nanas, avokad, atau mangga. Buah ini berada dalam urutan teratas sebagai buah paling minim kontaminasi," katanya.
Buah yang tergolong bersih adalah yang mengandung pestisida kurang dari 10 persen. Sayuran yang masuk dalam kelompok ini antara lain asparagus, jagung, dan bawang.
Berikut urutan 15 buah dari kelompok bersih sesuai urutan, yakni bawang, jagung, nanas, alpukat, asparagus, kacang polong, mangga, terung, cantaloupe, kiwi, kol, semangka, kentang manis, jeruk besar, dan jamur.
Paparan pestisida dari makanan yang diasup diketahui bersifat toksik pada sistem saraf, menyebabkan kanker, mengganggu sistem hormon dan menyebabkan gangguan otak pada anak. Ibu hamil juga disarankan untuk menghindari makanan yang tercemar pestisida.
Penelitian yang dilakukan tim dari Harvard School of Public Health menunjukkan anak-anak yang terpapar pestisida memiliki risiko lebih tinggi menderita hiperaktif (ADHD).
Sumber :USA Today

E. Coli Telan Korban Anak-anak

Seorang bocah laki-laki berusia dua tahun menjadi korban pertama dari kalangan anak-anak yang meninggal akibat infeksi bakteri E. coli di Jerman. Data resmi menyebutkan, hingga saat ini wabah infeksi bakteri Enterohaemorrhagic E. coli (EHEC) ini telah menelan 36 korban meninggal di Jerman dan satu lainnya di Swedia.
Bocah yang berasal dari wilayah utara kota Celle itu akhirnya meninggal setelah mendapat perawatan di sebuah rumah sakit di Hanover. Otoritas di Lower Saxony menyatakan, anak tersebut tewas karena mengalami gagal ginjal dan kerusakan sel-sel darah merah secara abnormal, dua gajala khas yang muncul akibat infeksi EHEC.
Anak tersebut tercatat sebagai korban termuda sejak wabah E. coli merebak di Jerman pada bulan Mei lalu. Ayahnya dan kakaknya yang berusia 10 tahun juga terinfeksi oleh bakteri mematikan tersebut namun berangsur pulih.
The Robert Koch Institute, lembaga pengendalian dan pencegahan penyakit di Jerman, pada Selasa (14/6/2011) kemarin menyatakan bahwa hingga kini tercatat total 3.235 kasus dilaporkan di negara tersebut. Di antara kasus tersebut, 782 orang dirawat karena mengalami haemolytic uraemic syndrome (HUS).
Lembaga itu menambahkan, jumlah kasus baru infeksi memang telah menurun drastis dalam beberapa hari terakhir, di mana hanya tujuh kasus saja dilaporkan pada Selasa kemarin.
Pemerintah Jerman mengumumkan pada Jumat lalu bahwa kecambah dari kawasan pertanian di wilayah utara Jerman adalah salah satu sumber wabah E.Coli berbahaya. Pengumuman itu juga meluruskan peringatan sebelumnya akan bahaya memakan ketimun, tomat dan selada mentah. Walau begitu, kepanikan masyarakat terhadap produk makanan kadung terjadi dan menimbulkan kerugian hingga ratusan juta dollar AS di kalangan industri pertanian.

Perban Ini Cegah Luka Parut Pascaoperasi

Luka bekas jahitan operasi sering kali menimbulkan parut yang mengganggu penampilan kulit. Untuk mengatasinya, para ilmuwan menciptakan perban atau plester yang mampu menjaga kemulusan kulit pascaoperasi.
Perban tersebut dibuat dari bahan silikon sehingga dapat diregangkan menutupi luka dan tetap bertahan hingga 8 minggu. Cara kerja perban ini adalah mengurangi tekanan pada kulit yang akan menyebabkan bekas atau parut.
Terbentuknya luka parut pascaoperasi bisa dijelaskan secara singkat oleh mekanisme berikut. Pascaoperasi jahitan dipakai oleh dokter untuk menyatukan dua jaringan sehingga luka menjadi sembuh dan kulit menyatu kembali. Pada tahap awal penyembuhan luka, inflamasi di sekitar area yang luka akan merangsang produksi kolagen.
Lapisan dari susunan kolagen akan membantu luka sembuh. Namun, lapisan baru yang terbentuk biasanya tidak sama lagi dengan jaringan sebelumnya serta terpisah dari kulit sekitar sehingga terbentuk parut.
Masalah itu diperburuk dengan dilepasnya jahitan karena bagian pinggir jaringan tertarik ke arah yang berbeda akibat kulit yang teregang. Tekanan ini akan menyebabkan jaringan parut menyebar melebihi luka sehingga menembal dan tampak menonjol.
Dalam studi terbaru terungkap, 9 dari 10 orang yang menjalani prosedur operasi dalam periode 6-12 bulan terakhir mengaku tidak senang dengan luka parut di kulit mereka.
Para ilmuwan dari Universitas Stanford Amerika Serikat telah mengembangkan perban yang efektif mencegah parut. Perban ini akan langsung ditempelkan begitu jahitan operasi dilepas. Perban ini juga didesain untuk berkontraksi perlahan dalam beberapa jam sehingga tekanannya lebih lembut pada jaringan luka. Tekanan yang lebih sedikit ini akan mencegah jaringan parut menyebar.
Uji coba pertama perban ini dilakukan pada babi karena memiliki kulit yang mirip dengan manusia. Hasilnya, terjadi pengurangan luka parut hingga 60 persen pada bekas luka sayatan satu inci.
Kemudian uji coba dilakukan pada 9 wanita yang melakukan operasi pengencangan kulit perut (tummy tuck), prosedur operasi yang biasanya meninggalkan bekas luka parut yang lebar dan tebal. Separuh wanita diberi perban silikon dan sisanya perban biasa.
Hasilnya, yang memakai perban silikon, luka parutnya jauh lebih kecil. "Makin sedikit tekanan pada jaringan di sekitar luka, makin kecil pula bekas parutnya," kata Dr Nick Lowe dari British Association of Dermatologist, menanggapi studi ini.

Kena Asap Rokok, Anak Jadi Kecanduan Nikotin

Ini adalah peringatan bagi para perokok. Segera matikan rokok Anda jika di sekitar ada anak dan remaja. Pasalnya, anak yang menjadi perokok pasif lama-lama akan ikut kecanduan nikotin.
Penelitian yang dilakukan para ahli dari Concordia dan Universitas Montreal Kanada menemukan, remaja yang sering terpapar asap rokok dari orangtua, saudara, teman atau orang di sekitarnya lambat laun akan mulai merokok juga.
"Anak yang melihat orang lain merokok akan meniru kebiasaan itu karena tak menganggap rokok sebagai bahaya. Hasil pengamatan kami menunjukkan walau tidak pernah merokok, anak yang terpapar rokok akan melihat kebiasaan itu wajar sehingga mereka akan mulai merokok di usia remaja," kata Simon Racicot, dari Departemen Psikologi Universitas Concordia.
Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nicotine & Tobacco Research ini menambah panjang bukti dari efek negatif berada di lingkungan perokok.
Peneliti senior Jennifer J. McGrath menyebutkan sekitar 60 persen anak di Amerika Utara merupakan perokok pasif. "Makin banyak perokok di sekitar anak, makin tinggi paparan nikotin yang diterima mereka. Padahal anak yang jadi perokok pasif menyerap nikotin dalam dosis lebih tinggi dari perokok aktif," katanya.
Hasil riset awal menunjukkan paparan rokok akan memengaruhi otak perokok pasif sehingga menimbulkan reaksi kecanduan, bahkan sebelum anak tersebut mulai menjadi perokok.
Dalam penelitian ini 327 remaja usia 11-13 tahun diwawancarai mengenai kebiasaan merokok, jumlah perokok di rumah dan lingkungan mereka, serta situasi ketika mereka merokok.
"Pra remaja yang dikelilingi oleh perokok adalah calon perokok juga," demikian kesimpulan para peneliti.
Oleh karena itu, para peneliti menyarankan perlunya langkah pencegahan khusus untuk anak-anak yang menjadi perokok pasif. Kesadaran akan bahaya rokok ini seharusnya sampai pada anak-anak dan orangtuanya.
"Orang dewasa atau orangtua seharusnya tidak merokok di sekitar anak, baik itu di rumah atau kendaraan demi mencegah anak menjadi perokok pasif," kata Racicot.

Promosi Gaya Hidup Sehat Melalui Media Sosial

Sungguh sayang jika media sosial seperti blog, Facebook atau Twitter hanya digunakan untuk sarana "narsis" saja. Melalui media baru ini sebenarnya siapa pun bisa menjadi pewarta untuk menyampaikan informasi bermanfaat, seperti halnya promosi gaya hidup sehat.
Hal tersebut mendasari PT.Nutrifood Indonesia untuk mengadakan Health Agent Award 2011 yang bertujuan untuk mengampanyekan pentingnya gaya hidup sehat dan nutrisi seimbang bagi para mahasiswa melalui ajang media sosial.
"Social media dipilih sebagai tools utama, karena gerakan-gerakan sosial termasuk informasi gaya hidup sehat seperti ini dapat dicapai secara efektif dan mudah," kata Arninta Puspitasari, public relations associate manager Nutrifood di sela acara pengumuman pemenang Health Agent Award 2011 di Jakarta, Selasa (14/6).
Kegiatan Health Agent award 2011 diikuti oleh 9 tim yang terdiri dari mahasiswa berbagai universitas yang masing-masing tim terdiri dari 3 orang mahasiswa. Seluruh finalis Health Agent Award tersebut lalu mendapatkan pembekalan berupa training gaya hidup sehat bernutrisi pada bulan april yang lalu. Setelah mengikuti kegiatan edukasi, para tim health agent diharuskan untuk menjalankan proyek kampanye gaya hidup sehat dalam jangka waktu 2 bulan.
Dijelaskan oleh Arninta, pemenang Health Agent Award dipilih berdasarkan beberapa kriteria yaitu inovasi dan implikasi proyek, optimalisasi penggunaan media sosial serta bagaimana proyek tersebut dapat menginspirasi gaya hidup sehat dengan materi-materi edukasi yang berkualitas.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, terpilih 3 pemenang yaitu tim Nutri Box dari Jurusan Gizi Universitas Indonesia sebagai pemenang, tim Smart ways for a healthier life dari Prasetya Mulya Business School sebagai 1st Runner Up dan Nutricios dari Jurusan Ilmu Ekonomi & Manajemen Universitas Indonesia sebagai 2nd runner up. Lalu tim Rainbow for food juga terpilih sebagai The Best Concept Health Agent Award 2011.
Pandji Pragiwaksono, salah seorang aktivits media sosial, yang hadir dalam acara tersebut mengingatkan para pemenang akan tantangan yang harus dihadapi sebagai pewarta di media sosial.
"Tantangannya adalah konsistensi untuk terus memberikan kampanye hidup sehat. Media sosial itu mirip dengan toko baju, jika kita tidak rajin-rajin meng-up date isi blog atau twitter kita, orang akan malas untuk mengunjunginya. Untuk terus menjaga komitmen, yang dibutuhkan dalam bidang sosial adalah passion," katanya.

Share

Wah, Makin Banyak Orang Kena Diabetes

Permasalahan penyakit diabetes di Indonesia ibarat fenomena gunung es. Dari waktu ke waktu, jumlah penderita diabetes cenderung terus meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, tercatat sebanyak 12,5 juta jiwa masyarakat Indonesia terkena diabetes. Prevalensinya diperkirakan akan terus meningkat, bahkan mencapai hingga dua kali lipat dalam kurun beberapa tahun ke depan.
"Diperkirakan pada tahun 2030, kurang lebih 21,3 juta jiwa akan menderita diabetes," kata Samuel Oetoro, MS, SpGK, ahli gizi klinis dari MRCCC Siloam, Selasa, (14/6/2011) di Jakarta.
Menurut Samuel, peningkatan jumlah penderita bukan hanya dari kelompok diabetes tipe 1, yang biasa mulai menyerang usia di bawah usia 30 termasuk anak-anak, dan diabetes tipe 2 yang jumlahnya paling banyak saat ini dan lebih sering terjadi pada usia lanjut.
Namun, yang justru dikhawatirkan adalah mereka yang termasuk dalam kelompok pradiabetes. Pasalnya, sampai sekarang belum diketahui secara pasti jumlah mereka. Dan diduga akan jauh lebih banyak dibandingkan kelompok diabetes.
"Oleh karena itu, kita harus benar-benar menjaga kadar gula darah. Jangan lebih dari 140 mg/dL kalau lebih masuknya pradiabetes," imbuhnya.
Samuel mengungkapkan, akibat perubahan gaya hidup, makin banyak warga perkotaan yang mengidap diabetes tipe 2 dalam usia relatif muda. Pada tahap awal, kehadiran diabetes tak langsung disadari karena tidak munculnya gejala khusus yang mengganggu. Gejala baru akan muncul bila kondisi diabetes sudah cukup serius.
Umumnya, diabetes akan disertai dengan adanya komplikasi penyakit lain, seperti dislipidemia (gangguan metabolisme lemak), makrovaskuler (penumpukan lemak), neuropati (gangguan sel-sel saraf), dan rentan infeksi (terganggunya fungsi imunitas). Ada beberapa faktor risiko penyebab diabetes, di antaranya, keturunan, pola makan, malas olahraga, rokok, minum alkohol, dan stres.
Biaya besar
Peningkatan prevalensi diabetes juga dipastikan menimbulkan beban yang besar bagi masyarakat. Pasalnya, pengobatan untuk mengendalikan diabetes tidaklah murah. Menurut penjabaran Samuel, estimasi biaya yang harus dikeluarkan oleh penderita diabetes setiap tahun bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Konsultasi dokter bisa mencapai kisaran Rp 1-2 juta/tahun, obat-obatan Rp 1-2 juta, makanan tambahan Rp 950 ribu/bulan, operasi katarak Rp 15-20 juta, cuci darah Rp 50-60 juta, stroke Rp 40-50 juta, serangan jantung Rp 60-80 juta dan amputasi Rp 130-150 juta.
Oleh karena itu, Samuel mengajak masyarakat supaya berdamai dengan glukosa mulai sekarang. Kenapa istilahnya harus berdamai? "Karena glukosa itu gula. Di mana sel butuh glukosa untuk dibentuk menjadi tenaga. Kalau Anda tidak makan glukosa, akan lemas. Tapi kalau kelebihan, juga akan membahayakan," pungkasnya.
Share
5

Istri Insomnia Bikin Keluarga Merana

Durasi tidur seorang perempuan ternyata ikut berpengaruh pada kelancaran komunikasi keluarga. Seorang istri yang kurang tidur bisa memicu ketegangan dalam perkawinan. Namun, jika sang suami yang kurang tidur efeknya tidak terlalu terasa.
Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui dampak kurang tidur pada 35 pasangan suami istri. Selama 10 malam peneliti memasang monitor di rumah para pasangan itu untuk mengetahui siklus istirahat dan aktivitas mereka.
Istri yang mengalami kesulitan tidur cenderung memiliki interaksi yang negatif dengan suami dan keluarganya keesokan harinya. Dengan kata lain, si istri jadi mudah marah sehingga gampang tersulut pertengkaran dengan suami. Hasil penelitian ini dipresentasikan dalam pertemuan Associated Professional Sleep Societies.
"Gangguan tidur yang dialami istri akan menyebabkan interaksinya dengan suami lebih bersifat negatif. Sebaliknya jika suami yang mengalami gangguan tidur, tidak ada perbedaan yang berarti esok harinya," kata Wendy Troxel, psikiatri dari University of Pittsburgh School of Medicine yang melakukan riset ini.
Ia menjelaskan, perempuan yang kurang tidur cenderung menjadi stres, mudah tersinggung dan mengekspresikan perasaannya secara verbal. "Pria sebaliknya, menekan perasaannya atau tidak terlalu peduli," katanya.
Dampak kurang tidur ini, menurut Troxel akan menjadi lingkaran setan. "Gangguan tidur akan menyebabkan mood tidak stabil sehingga hubungan dengan pasangan bisa renggang. Hal ini menyebabkan beban pikiran sehingga makin sulit tidur," katanya.
Ia menyarankan agar gangguan tidur diatasi secara klinis dan mungkin konseling pernikahan jika hubungan suami istri menjadi renggang.
Dalam studi sebelumnya, Troxel menemukan para istri yang pernikahannya bahagia jarang terbangun dari tidurnya di malam hari. "Jika kita kurang tidur, kita tidak akan bisa melakukan sesuatu dengan baik, termasuk dalam hubungan komunikasi kita dengan pasangan," katanya.

Kecoa Picu Asma pada Anak di Perkotaan

Para peneliti di Amerika Serikat telah mengidentifikasi kecoa sebagai salah satu faktor penyebab meningkatnya kasus asma di kalangan anak-anak.
Di sejumlah kawasan permukiman di New York City, di mana kasus asma banyak ditemukan, anak-anak sering terpapar alergen dari kecoa sehinga mereka menjadi sangat rentan terhadap serangga tersebut. Kasus asma di New York City tercatat mencapai 19 persen, atau hampir satu dalam lima anak, sementara di permukiman lainnya kasusnya hanya mencapai tiga persen saja.

Lalulintas yang padat, asap industri, dan sumber polusi lainnya di luar rumah, dituding sebagai penyebab penyakit gangguan pernafasan itu pada masa lalu.
Namun para ahli dari Columbia University menemukan, anak-anak yang tinggal di kawasan permukiman dengan prevalensi asma yang tinggi memiliki kemungkinan dua kali lebih tinggi memiliki antibodi terhadap protein kecoa di dalam darah mereka, suatu pertanda bahwa mereka telah terpapar serangga tersebut dan diduga alergi terhadap hewan itu.
Selain itu, rumah di permukiman yang memiliki penderita asma, memiliki lebih banyak penyebab alergi yang dihasilkan oleh kecoa pada debu rumah tangga.
"Studi tersebut memberi bukti lebih jauh bahwa paparan terhadap kecoa adalah bagian dari cerita itu. Penyebab alergi kecoa benar-benar dapat menjadi penyebab perbedaan prevalensi asma, bahkan di lingkungan kota seperti New York City", kata Matthew Perzanoweski, penulis studi tersebut seperti dikutip Reuters.
Dalam riset dipublikasikan Journal of Allergy and Clinical Immunology itu, Perzanowski dan timnya mengunjungi rumah 239 anak berusia tujuh dan delapan tahun. Separuh dari mereka tinggal di daerah yang memiliki angka tinggi penderita asma.
Penelitian sebelumnya telah mengaitkan kemiskinan dengan peningkatan kasus asma di kalangan anak-anak. Untuk menghilangkan pengaruh tingkat pendapatan dan hasilnya, para peneliti kali ini hanya melibatkan keluarga yang memiliki asuransi kesehatan dengan penghasilan menengah. Tujuannya adalah untuk memastikan mereka memiliki penghasilan yang sama dan akses ke perawatan kesehatan.
Dari riset tercatat bahwa lebih dari 50 persen anak-anak sebelumnya sudah menderita asma. Selama kunjungan, para peneliti mengumpulkan debu dari tempat tidur anak-anak, lalu mengambil contoh darah untuk meneliti antibodi terhadap beragam penyebab alergi yang berkaitan dengan asma --termasuk anjing, kucing, tikus, kutu debu dan protein kecoa.
Hampir 1 dari 4 anak di berbagai permukiman yang memiliki penderita asma tampaknya alergi terhadap kecoa, dibandingkan dengan 1 dari 10 anak yang tinggal di berbagai daerah tempat asma tak umum ditemukan.
Kecoa meninggalkan protein yang dihirup orang dan menjadi sumber alergi, yang pada gilirannya meningkatkan kemungkinan mereka akan menderita asma, kata Perzanowski.
Rumah di permukiman dengan tingkat kasus asma yang tinggi juga memiliki konsentrasi lebih tinggi bahan penyebab alergi kecoa, serta penyebab alergi yang berkaitan dengan tikus dan kucing. Selain itu, anak-anak yang alergi terhadap kecoa dan tikus lebih mungkin untuk menderita asma, kata Joanne Sordillo dari Channing Laboratory of Brigham and Women`s Hospital, Boston. .
"Pajanan terhadap penyebab alergi tikus atau kecoa mungkin meningkatkan risiko alergi, yang pada gilirannya berkaitan dengan pengembangan asma pada anak-anak," katanya.
Kendati kepekaan protein kecoa lebih umum ditemukan pada anak-anak di lingkungan yang memiliki banyak penderita asma, secara keseluruhan, anak-anak yang alergi terhadap debu dan kucing lebih mungkin untuk menderita asma.

Bakteri Penyebab Diare Mematikan

Ratih Dewanti-Hariyadi
Bagi kebanyakan akademisi dan praktisi di bidang pangan, Escherichia coli bukan merupakan bakteri yang dianggap serius dalam konteks keamanan pangan.
Namun, dalam beberapa minggu ini di Jerman, Escherichia coli (E coli) diberitakan menyebabkan penyakit pada lebih dari 3.000 orang di 14 negara dan mengakibatkan tak kurang dari 33 orang meninggal dunia.
Pada awalnya mentimun asal Spanyol diduga sebagai pembawa bakteri ini. Namun, hasil investigasi Pemerintah Jerman akhirnya mengindentifikasi kecambah (taoge) yang diproduksi suatu perusahaan pertanian organik yang menjadi pembawa bakteri.
E coli adalah bakteri yang hidup dalam usus manusia. Karena itu, bakteri ini digunakan sebagai indikator sanitasi produk pangan. Artinya, keberadaan E coli bisa digunakan untuk mengindikasikan adanya kontak dengan kotoran manusia sehingga digunakan sebagai perkiraan untuk menentukan apakah uji patogen harus dilakukan.
Konsep indikator sanitasi yang berkembang pada akhir abad ke-19 itu perlahan tergeser dengan meningkatnya kemudahan menguji patogen sehingga selain bakteri indikator sanitasi, patogen yang secara historis terkait dengan suatu jenis pangan umumnya juga diuji dan dimasukkan ke dalam standar.
Di samping itu, perkembangan teknologi, perubahan yang terjadi pada mikroorganisme, kebiasaan makan manusia, serta perubahan iklim telah memunculkan galur-galur baru sehingga E coli yang bersifat patogen ditemukan.
Di samping E coli yang bersifat nonpatogen, ada beberapa kelompok E coli yang belakangan diketahui dapat menyebabkan penyakit. E coli enteropatogenik (EPEC), E coli enteroinvasif (EIEC), dan E coli enterotoksigenik (ETEC) adalah tiga kelompok E coli yang dikaitkan dengan penyakit diare pada bayi, serupa disentri serta diare pada wisatawan. Pada umumnya air merupakan pembawa E coli kelompok ini. Secara spesifik makanan jarang dikaitkan. Keberadaan E coli dalam pangan kemungkinan disebabkan sanitasi yang rendah.
Pernah wabah di AS
Pada tahun 1982, terjadi wabah penyakit akibat pangan (foodborne diseases) di dua negara bagian Amerika Serikat, yakni Michigan dan Oregon. Wabah ini sangat menarik perhatian karena terjadi dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, menimbulkan banyak korban, melibatkan restoran waralaba besar yang sama, dan pangan yang diimplikasikan sebagai makanan populer di negara tersebut, yakni hamburger.
Hasil investigasi menyebutkan, ditemukan galur E coli baru yang sebelumnya pernah ditemukan sekali pada tahun 1975 dari pasien diare berdarah. Bakteri ini adalah E coli O157:H7 yang kemudian dikelompokkan dalam golongan baru, yakni E coli enterohemoragik (EHEC).
Sejak kejadian itu, berbagai keracunan karena EHEC telah dilaporkan (lihat tabel). Ternyata penyebabnya tidak hanya E coli O157:H7, tetapi ditemukan juga EHEC lain, seperti E coli O157:H-, O111:H-, O26:H11, O4:H-, O11:H-, O45:H2, O103:H2, O104:H2, O111:H8, dan O145:H-.
Kasus yang sedang terjadi di Jerman dan sejumlah negara Eropa lain saat ini dilaporkan disebabkan oleh galur terbaru EHEC, yakni E coli O104:H4.
Kajian ilmiah mengenai bakteri ini menyimpulkan bahwa EHEC memiliki kemampuan menghasilkan setidaknya dua jenis toksin shiga yang juga dihasilkan oleh bakteri Shigella dysenteriae. EHEC ditengarai mendapatkan gen penyandi toksin ini melalui virus.
Dengan kemampuan menghasilkan toksin shiga, tidak seperti E coli lain, kelompok EHEC mampu menimbulkan gejala penyakit yang lebih parah. Setelah bakteri menginfeksi, di dalam tubuh penderita, toksin yang dihasilkan menyerang organ tubuh lain, seperti ginjal dan otak.
Gejala penyakit yang ditimbulkan bakteri ini meliputi sakit perut yang sangat parah, bahkan kadang digambarkan setara dengan saat melahirkan, diare berdarah (sering disebutkan sebagai no stool, blood only), dan bisa menimbulkan komplikasi, seperti hemolytic uremic syndrome, sindrom yang ditandai anemia akibat terurainya sel darah merah dan gagal ginjal akut, serta thrombotic thrombocytopenic purpura, yakni gangguan yang menyebabkan penggumpalan darah di pembuluh darah halus dan penurunan jumlah keping darah.
Ditemukan di sapi
EHEC adalah mikroorganisme yang lazim ditemukan pada sapi tanpa menyebabkan penyakit pada hewan tersebut. Pencemaran bakteri ini pada daging, khususnya daging giling, sangat mungkin terjadi. Karena kesukaan mengonsumsi hamburger yang undercooked, di AS daging giling dipersyaratkan bebas dari E coli O157:H7.
Pencemaran lahan pertanian oleh kotoran sapi diduga sebagai penyebab ditemukannya bakteri ini dalam sayuran.
Meski demikian, bakteri EHEC tidak memiliki ketahanan panas yang lebih daripada E coli lain. Bakteri ini sesungguhnya sangat mudah dibunuh dengan pemanasan setara pasteurisasi (65 derajat celsius selama 30 menit) sehingga pada makanan olahan seharusnya bakteri patogen ini dapat dihindari.
Investigasi wabah EHEC pada hamburger di AS menunjukkan, alat pemanggang tidak berfungsi dengan baik serta ukuran burger yang jumbo mengakibatkan patogen ini masih bertahan.
Kewaspadaan lebih tinggi harus dilakukan ketika seseorang mengonsumsi makanan tidak diolah, seperti tomat, selada, mentimun, dan taoge, serta bahan mentah lain. Sifat EHEC lain yang dapat mendukung keberadaan bakteri ini dalam pangan adalah kemampuannya bertahan dalam makanan beku sampai sembilan bulan dan daya tahan terhadap lingkungan asam.
Keberadaan E coli enterohemoragik dalam beberapa pangan mentah di Indonesia telah dilaporkan dalam beberapa publikasi ilmiah. Kebiasaan memasak daging sampai matang, khususnya daging giling, dapat menurunkan risiko terinfeksi bakteri ini.
Kajian beberapa peneliti di Indonesia melaporkan, E coli enterohemoragik diisolasi dari 1 persen penderita diare di Indonesia. Patogen lain, seperti Vibrio cholerae, Shigella flexneri, Salmonella spp, dan Campylobacter jejuni, ditemui dalam persentase yang jauh lebih tinggi.
Meski demikian, tidak ada salahnya mewaspadai konsumsi makanan mentah dengan mencuci bersih, memblansir dan menggunakan senyawa antimikroba yang diizinkan jika diperlukan.
RATIH DEWANTI-HARIYADI Ketua Program Studi Ilmu Pangan, Sekolah Pascasarjana IPN; dan Anggota The International Commission on Microbiological Specification for Foods (ICMSF)

Olahraga Kurangi Risiko Serangan Asma

Banyak yang mengira penderita asma tidak boleh melakukan olahraga. Padahal, olahraga dengan intensitas sedang, jika dilakukan secara teratur, justru dapat membantu mencegah keparahan dan kemungkinan terjadinya serangan asma.
Hal tersebut disarankan oleh Profesor Stefano Del Giacco dari Universitas Cagliari, Italia. Meski pada beberapa kasus, olahraga adalah salah satu pencetus terjadinya serangan asma, tetapi menurut Stefano, kegiatan aerobik ringan seperti berjalan kaki dan bersepeda sangat efektif untuk mencegah serangan asma.
Kesimpulan Stefano didasarkan pada hasil penelitiannya di sebuah klub sepakbola profesional Liga Serie A Italia. Ia menguji tim yang bermain dalam tiga periode berbeda selama satu musim.
Penelitian ini mengambil sampel darah pemain untuk dianalisis dan dideteksi apakah ada tanda-tanda reaksi kekebalan. Hasil pengujian menunjukkan, respon alergi di antara para pemain ternyata lebih rendah dari perkiraan rata-rata. Hasil ini mengindikasikan bahwa olahraga teratur dapat menurunkan risiko alergi.
Sejumlah peneliti percaya bahwa latihan rutin secara moderat dapat mengerahkan efek positif pada sistem kekebalan dengan cara menurunkan tingkat kekebalan tertentu pada beberapa molekul yang berperan dalam peradangan bronkial dan serangan asma.
Profesor Del Giaccoe menyarankan agar penderita asma non-atlet yang pernah mengalami serangan asma akibat olahraga untuk memilih jenis latihan yang tepat. "Anda tak perlu kegiatan intens untuk melakukan latihan fisik, karena itu hanya masalah waktu. Hanya butuh waktu sekitar 5-8 menit saja untuk terjadinya serangan jantung, dan itulah mengapa Anda harus memilih olahraga yang tepat," katanya.
Faktanya, latihan jenis ringan dapat memicu ledakan aktivitas pada seseorang hanya dalam kurang dari lima menit saja. Sedangkan olahraga level menengah seperti permainan tim seperti basket dan sepak bola memicu ledakan aktivitas dengan durasi lebih lama, tetapi dengan periode intermiten. Jenis olahraga berat seperti balap sepeda, maraton atau kegiatan ketahanan lainnya termasuk dalam kategori latihan berisiko tinggi.

Obesitas, Anak Rawan Penyakit

Anak-anak yang kegemukan atau memiliki berat badan yang sangat berlebih (obesitas) terancam berbagai penyakit kronis, seperti diabetes melitus, penyakit kardiovaskular, henti napas saat tidur, osteoartritis, hingga gangguan pubertas pada anak perempuan.
Saat ini, diperkirakan ada 300 juta orang di dunia yang menderita obesitas. Jumlah ini setara dengan jumlah penduduk yang kelaparan. Di Amerika Serikat, menurut data tahun 2003, anak yang obesitas sudah mencapai 15 persen penduduk. Sementara itu, di Tanah Air, menurut Riskesdas 2010 terdapat 14 persen anak usia 0-5 tahun yang kegemukan.
"Baik obesitas maupun kegemukan bukan masalah estetika atau penampilan. Namun, ini adalah penyakit. Meski tidak ada data secara nasional, tetapi obesitas sudah menjadi pandemi di Indonesia," kata dr Aman Bhakti Pulingan, SpA, ahli endokrinologi anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ia menjelaskan, obesitas kini sudah dikategorikan sebagai penyakit oleh para ahli dari seluruh dunia. "Kegemukan juga menjadi masalah ekonomi karena berkaitan dengan biaya kesehatan negara," katanya dalam acara konferensi pers Cermati Asupan Gula Berlebih pada Susu Anak, Rabu (15/6/2011) di Jakarta.
Orangtua yang memiliki anak obesitas disarankan untuk mulai mengambil langkah menurunkan berat badan anak agar anak terhindar dari risiko penyakit.
"Kembalikan anak pada pola hidup sehat. Asupan kalorinya tidak boleh lebih dari 1.600 per hari, perbanyak aktivitas fisik, dan cermati komponen makannya," imbuhnya.
Penelitian menunjukkan, 1 dari 6 remaja gemuk menderita pra-diabetes, suatu keadaan ketika toleransi terhadap glukosa terganggu. "Jika diintervensi dengan pola makan yang benar selama 20 bulan, maka anak bisa terhindar dari diabetes. Ingat! Sekali diabetes, seumur hidup anak akan diabetes," katanya.
Ia juga menganjurkan agar anak yang kegemukan atau orangtuanya menderita diabetes sebaiknya melakukan pemeriksaan gula darah. "Anak usia 10 tahun sudah disarankan untuk melakukan check up. Namun jika punya faktor risiko, sebaiknya jangan menunda pemeriksaan sampai anak remaja," katanya.

Nilai Tinggi Tak Jamin Lolos Masuk RSBI

Seorang calon siswa SMA rintisan sekolah bertaraf internasional berinisial NR harus gigit jari. Nilai rata-rata 8,7 ternyata tak bisa menjadi modal bagi siswa yang berasal dari SMP Negeri 1 Pinrang, Sulawesi Selatan, itu untuk masuk ke sekolah impiannya, SMA Negeri 1 Pinrang. Meskipun, ada nilai standar yang dipatok. Sementara itu, seorang calon siswa, ZM, justru lolos masuk ke SMA tersebut meski nilai rata-rata yang dikantonginya 7, di bawah nilai rata-rata NR.

"Nilai tinggi tidak menjamin siswa bisa masuk sekolah RSBI (rintisan sekolah bertaraf internasional) karena ada tes tulis yang harus mereka lalui sebelum dinyatakan lolos," kata staf Bagian Humas SMAN 1 Pinrang, Abdul Wahid Nara, kepada Kompas.com, Rabu (15/6/2011).

Asal sekolah siswa pun, menurut Abdul, turut menjadi patokan bagi mereka untuk menerima calon siswa. Untuk siswa yang berasal dari SMP RSBI, pemotongan nilai yang dipersyaratkan berbeda dengan sekolah yang non-RSBI.

"Meski nilainya rendah, kalau siswa tersebut tidak dari sekolah biasa, ada kemungkinan mereka lulus karena standar nilai di sekolahnya memang rendah. Berbeda dengan siswa yang berasal dari sekolah RSBI, standar nilainya tentu harus tinggi," tutur Abdul.

Menurut Abdul, setidaknya ada sekitar 60 anak yang memiliki nilai rata-rata 8 gagal menembus penerimaan gelombang pertama di SMAN 1 Pinrang. Namun, ujar Wahid lagi, pihaknya masih membuka peluang bagi calon siswa baru lainnya pada gelombang kedua yang tidak lagi menggunakan sistem tes tulis, tetapi dengan melihat rata-rata nilai akhir siswa.

"Di gelombang pertama memang kami terapkan sistem tes tulis. Kami menerima 100 siswa. Di gelombang kedua nanti rata-rata nilai akhir baru dijadikan patokan," katanya.

Pengamat Pendidikan di Pinrang, Darmin Azis, mengatakan, jika nilai rata-rata akhir ternyata tidak menjadi acuan RSBI dalam menerima siswa baru, sebaiknya syarat standar nilai pemerimaan saat pengumuman dihapuskan saja. Itu karena, menurutnya, sistem penerimaan siswa baru yang diterapkan SMAN 1 Pinrang hanya melukai siswa yang memiliki standar nilai tinggi.

"Kalau begitu, untuk apa anak-anak mengejar nilai tinggi kalau ternyata dipatahkan dengan sistem yang tidak konsisten. Nilai akhir yang didapatkan para siswa adalah usaha mereka selama tiga tahun. Apalagi anak yang tidak lolos di gelombang pertama itu berasal dari RSBI, dengan nilai tinggi pula," katanya.

Beasiswa Magister Ilmu Ekonomi, Berminat?

Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto membuka pendaftaran bagi para pengawai pemerintah daerah untuk Program Beasiswa Kementerian Pendidikan Nasional Tahun Ajaran 2011/2012. Program studi yang ditawarkan adalah Magister Ilmu Ekonomi untuk kelas reguler dengan beban studi 45 SKS yang akan ditempuh selama 4 semester. Konsentrasi pendidikan utama yang dibuka untuk program Beasiswa Kemendiknas adalah Ekonomi Publik & Keuangan Daerah Daerah dengan kekhususan pada pengelolaan keuangan daerah dan Ekonomi Sumber Daya & Pembangunan Daerah dengan kekhususan pada pembangunan pedesaan.

Pendaftaran dibuka mulai 9 Juni hingga 31 Juli 2011. Persyaratan akademis yang harus dipenuhi diantaranya lulusan S1 Ekonomi / S1 bidang ilmu lain dengan pertimbangan tertentu, Indeks Prestasi (IP) kumulatif minimum 3,25, usia maksimal 35 tahun, TOEFL 500, bukan dosen, CPNS/PNS pemerintah daerah, lulus ujian masuk, dan bersedia menyiapkan draft proposal tesis yang berkaitan dengan kekhususan pengelolaan keuangan daerah dan pembangunan pedesaan.

Informasi selengkapnya, bisa mengakses di website http://unsoed.ac.id.

Mendiknas: Tak Terjadi Sontek Massal di Gadel

Kementerian Pendidikan Nasional menyimpulkan tak terjadi kecurangan berupa menyontek massal dalam pelaksanaan Ujian Nasional 2011 di SD II Gadel, Tandes, Surabaya, Jawa Timur. Hal itu disampaikan Menteri Pendidikan Nasional M Nuh, dalam jumpa pers di Gedung Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta, Rabu (15/6/2011).

Nuh menjelaskan, kesimpulan tersebut didapatkan setelah dinas pendidikan setempat melakukan analisis terhadap pola jawaban 60 siswa SD II Gadel yang menjadi peserta ujian. Hasil analisis menunjukkan, tidak ada pola yang sama dalam lembar jawaban siswa. Parameter output pola jawaban, menurut Nuh, merupakan instrumen yang bisa dijadikan tolok ukur untuk menyimpulkan apakah terjadi nyontek massal atau tidak. Itu karena peristiwa ini dilaporkan setelah UN selesai dilaksanakan.

"Kita sudah mendapatkan jawaban dari setiap anak di Gadel, akan ketahuan apakah polanya sama sehingga terjadi nyontek massal. Kalau satu kelas salahnya sama, benarnya sama, nilainya sama, kita curigai ada nyontek massal. Tetapi, setelah melihat pola jawaban Matematika dan pelajaran lainnya, tidak menunjukkan terjadi kesamaan sehingga kami menyimpulkan tidak terjadi nyontek massal," kata Nuh.

Ia memaparkan, dari laporan yang diterima, ditemukan bahwa ada instruksi dari guru kepada siswa. Hal ini, ditegaskannya, merupakan kecurangan dan guru telah mendapatkan sanksi. Akan tetapi, instruksi tersebut tidak serta-merta berjalan dalam pelaksanaan ujian.

"Bu Siami (orangtua siswa) melaporkan kejadian ini setelah ujian selesai. Sementara, kita sendiri tidak tahu bagaimana kejadiannya, tetapi sudah menyimpulkan terjadi nyontek massal. Untuk membuktikan apakah terjadi nyontek massal atau tidak, yang bisa kita lakukan adalah melihat bagaimana hasilnya," tutur Nuh.

Akan tetapi, hingga saat ini pengumpulan data masih berjalan. "Yang saat ini, kami melihat ada input bahwa ada instruksi kecurangan, kemudian untuk membuktikan kita lihat output hasil ujiannya," katanya.

Menurut Nuh, setiap ruang kelas diawasi oleh dua guru pengawas yang berasal dari SD dan madrasah ibtidaiyah yang tidak mengajar sekolah tersebut. Para guru pengawas juga akan dikonfirmasi apakah terjadi nyontek massal seperti diasumsikan. "Jangan mengambil kesimpulan sebelum mengetahui bagaimana duduk perkaranya," ujar dia.

Kasus ini berawal dari pengakuan orangtua siswa, Siami, kepada Dinas Pendidikan Jawa Timur. Ia melaporkan bahwa anaknya dipaksa untuk membagikan jawaban kepada teman-temannya.

Gubernur: 60 Persen Guru Kurang Bermutu

Gubernur: 60 Persen Guru Kurang Bermutu

Studi ke Jepang? Ikuti Konsultasi Gratis Ini!

Berencana melanjutkan studi ke Jepang, tapi khawatir dengan rumor bahaya radioaktif pascatsunami di Negeri Sakura beberapa bulan lalu? Sekolah Bahasa Jepang Pandan College di Serpong dan Bali membuka tawaran konsultasi gratis pada Senin (20/6/2011) hingga Rabu (22/6/2011). Dalam konsultasi ini, akan diinformasikan mengenai keadaan lingkungan di Jepang saat ini.

Richard Susilo, pendiri Pandan College, mengatakan, rumor radioaktif di Jepang yang tidak benar, sangat merugikan bagi siapa pun yang ingin meraih ilmu setinggi langit, khususnya yang ingin pergi ke negeri Sakura.

"Oleh karena itu, Pandan College membuka kesempatan untuk konsultasi gratis bagi siswa sekolah Indonesia yang ingin sekolah di Jepang. Sekaligus memberikan informasi terbaru mengenai keadaan lingkungan di Jepang yang aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan saat ini," kata Richard.

Bagi Anda yang berminat, konsultasi gratis tiga hari itu akan dimulai pukul 09.00 hingga malam hari. Untuk penjadwalan konsultasi, para peserta diminta untuk mendaftarkan diri melalui telepon 021-2727-2511.

Adapun, konsultasi gratis dari Pandan College di Bali dilaksanakan tanggal 27-29 Juni 2011. Tidak ada biaya apa pun, namun pendaftaran harus dilakukan terlebih dulu mulai sekarang. Setiap orang akan dibatasi untuk mengikuti konsultasi selama maksimal 1 jam.

Pemahaman Multikultural Benteng Aksi Radikal

Forum Musyawarah Guru Jakarta (FMGJ) dan Instutute for Education reform (IER) Universitas Paramadina bersama Yayasan TIFA melakukan penelitian terhadap 23 guru pengajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kawasan Jakarta dan Tangerang. Penelitian ini didasari kondisi bangsa yang menghadapi radikalisasi agama yang mengedepankan kekerasan dalam menyelesaikan persoalan agama dan moral. Hasil penelitian tersebut menunjukkan 100 persen responden menjawab "ya" ketika mengisi kuisioner dengan pertanyaan "Apakah Indonesia merupakan negara yang multikultural?". Akan tetapi, dari jawaban itu, responden menyatakan tidak terlalu memahami bahwa persoalan multikultural tidak bisa hanya disandarkan pada kuantitas semata. Pemahaman soal multikulturalisme dapat menjadi benteng dari terjadinya tindakan radikal.

"Ada persepsi bahwa apa yang disebut dengan agama adalah yang diakui negara secara hukum legal formal. Kalau melihat Indonesia secara lebih luas dan mendalam, terlihat keanekaragaman agama bukan soal satu atau enam semata. Tetapi dibutuhkan sebuah pengakuan terhadap semua keyakinan yang tumbuh di masyarakat dan bukan semata-mata hanya berdasarkan hukum legal formal saja. Padahal, pemahaman dan praktik multikulturalisme dapat menjadi benteng dari radikalisme," kata Direktur IER Universitas Paramadina, Utomo Dananjaya, dalam seminar hasil penelitian Buku Teks PKn SMA dan Refleksi Praktik Pembelajaran Multikultural, Selasa (14/6/2011), di Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta.

Ketua Ikatan Guru Civic Indonesia (IGCI) Retno Listiyarti mengatakan, beberapa responden menyatakan, Indonesia adalah negara multikultural karena beragam suku bangsa, etnis dan agama relatif. Mereka berpendapat, keberagaman ini tidak menjadi sumber konflik. Alasan responden ini dinilai tak sejalan dengan fakta yang terjadi belakangan ini. Responden, menurutnya, cenderung tidak terlalu melihat kondisi terbaru sebagai sebuah ancaman dari kehidupan multikultural di Indonesia.

"Ketika ditanyakan tentang konsep multikultural lebih baik atau bisa dikembangkan pada materi pelajaran apa saja, para responden ternyata tidak terlalu melihat persoalan multikulturalisme sebagai sebuah persoalan kewarganegaraan. Bahkan persoalan multikultural dianggap masih milik Sosiologi yang sebenarnya lebih cenderung deskriptif terhadap masyarakat. PKn menempati urutan ketiga dalam perspektif para responden sebagai mata pelajaran yang bisa mengembangkan konsep dan nilai multikultural," ujar Retno.

Ayo Malang! Ada 400 Kursi Beasiswa ke Australia

Kabar gembira datang untuk Pegawai Negeri Kota Malang, Jawa Timur. Bagi yang tak memiliki biaya untuk melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi untuk S2 dan S3, pihak Developments Scholarship (ADS) Australia memberikan peluang beasiswa S2 dan S3 ke Australia.

Menurut Perwakilan Duta Besar Indonesia untuk Australia, Nunik kepada wartawan di Malang, Selasa (14/6/2011), Pemerintah Indonesia sudah bekerjasama dengan pemerintah Australia dalam hal beasiswa untuk S2 dan S3.

"Dalam kerjasama tersebut, diputuskan total beasiswa untuk S2 dan S3 seluruh Indonesia ada 400 orang. Sementara dari total itu, untuk Pegawai negeri Sipil (PNS) di Kota Malang, mendapat jatah sebanyak 226 orang," katanya.

Adapun sisa dari 226 orang itu katanya diambilkan dari kalangan umum, bukan PNS. "Silahkan siapa saja berhak untuk mengikutinya. Nanti akan diseleksi sesuai dengan ketentuan yang ada. Kalau lulus, akan diberangkatkan dan berhak mendapat beasiswa," terangnya.

Beasiswa tersebut, kata Nunik, diberikan untuk bidang-bidang studi yang menunjang tujuan peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) untuk Indoinesia. "Misalnya, tentang pertumbuhan ekonomi, tentang demokrasi, soal keamanan dan perdamaian," katanya.

Pendaftaran program beasiswa untuk mengikuti seleksi dibuka sejak 6 Juni lalu hingga 26 Agustus 2011. "Untuk persyaratan diantaranya, usia maksimal 42 tahun, IPK minimal 2,9, dan TOEFL minimal 500," ujarnya.

Kemkominfo Sediakan 190 Beasiswa

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) setiap tahun menyediakan sedikitnya 150 beasiswa untuk chief information officer, dan 40 beasiswa pascasarjana khusus program ilmu komunikasi.

"Program untuk master teknologi informasi dan ilmu komunikasi ini disediakan setiap tahun untuk pengembangan SDM di lingkup Kemkominfo," kata Kepala Badan Litbang dan SDM Kemkominfo Aizirman Djusan, Senin (6/6/2011) di Makassar.

Pada pembukaan Bimbingan Teknis Budaya Dokumentasi dan Sertifikasi Aparat Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan di Makassar itu, ia mengatakan bahwa peningkatan kapasitas SDM pengelola informasi dilakukan dengan dua cara, yakni secara formal melalui jalur pendidikan, dan informal melalui pelatihan atau bimbingan teknis.

Khusus mengenai pemberian beasiswa S-2 untuk 40 orang, dia mengatakan bahwa 20 orang akan mendapat kesempatan belajar di Universitas Indonesia di Jakarta, dan 20 orang lainnya belajar di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Berkaitan dengan hal itu, dia mengatakan bahwa jajaran Kemkominfo di daerah dapat memanfaatkan kesempatan tersebut untuk meningkatkan kapasitasnya. Informasi beasiswa program 2011 dapat diakses pada layanan situs www.depkominfo.go.id atau www.dikti.go.id.

Yuk, Ikut "Student Exchange" ke Korea!

The ASEAN University Network (AUN) bekerjasama dengan Daejeon University (DJU) dan Kementrian Hubungan Perdagangan dan Luar Negeri Korea menawarkan program beasiswa pertukaran pelajar atau ASEAN Millennium Leaders College Student Exchange Program antara Korea Selatan dan negara-negara ASEAN. Program beasiswa untuk tahun 2011 ini merupakan skema beasiswa penuh.

ASEAN Millennium Leaders College Student Exchange Program adalah program beasiswa penuh meliputi biaya kuliah, tiket PP, akomodasi, dan tunjangan biaya hidup. Beasiswa ini ditawarkan kepada 30 pelajar dari seluruh negara anggota ASEAN.

Bagi yang berminat, program beasiswa pertukaran pelajar ini diberikan kepada para pelajar yang tertarik menambah wawasan pengetahuannya di bidang sosial serta teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK) di Daejeon University, Korea Selatan, untuk tahun akademik 2011-2012. Seluruh program pembelajaran akan dilaksanakan dalam bahasa Inggris.

Informasi pendaftaran dan syarat-syaratnya bisa dilihat di http://www.aunsec.or. Batas waktu aplikasinya dibuka hanya sampai 10 Juli 2011 mendatang.

Penerimaan PDB SLTA di Bekasi "Online"

Penerimaan peserta didik baru (PDB) SLTA di Kota Bekasi tahun ajaran 2011/2012 akan menggunakan sistem dalam jaringan komputer atau online. Penerimaan PDB online akan dilaksanakan pada 1-7 Juli 2011. Siswa akan memperebutkan 7.947 kursi SLTA terdiri dari 5.647 kursi SMA dan 2.300 kursi SMK.

Dinas Pendidikan Kota Bekasi memberikan porsi 75 persen dari jumlah kuota siswa untuk sekolah negeri yang diperuntukkan bagi peserta umum memakai sistem dalam jaringan (online).

Hal itu disepakati setelah Dinas Pendidikan Kota Bekasi mengadakan rapat dengan Komisi D DPRD Kota Bekasi beberapa waktu lalu. Hasil rapat bahwa penerimaan PDB memakai sistem online agar siswa dapat memantau posisi ranking di calon sekolah yang dituju melalui situs. Situs Penerimaan PDB online merupakan hasil kerjasama Dinas Pendidikan Kota Bekasi dan PT Telkom.

Rapat itu menyepakati kuota 75 persen untuk peserta umum dan 25 persen untuk jalur bina prestasi dan lingkungan.

Indonesia Incar Dana Penanganan Iklim

Indonesia berupaya mendapatkan dana yang dapat digunakan untuk menangani dampak perubahan iklim yang saat ini tengah diincar oleh dunia. Saat ini, setidaknya negara-negara kelompok 20 ekonomi terbesar di dunia (G20) telah menghimpun dana sekitar 30 miliar dollar AS untuk menangani dampak perubahan iklim dunia.

Menurut Menteri Keuangan Agus Darmawan Wintarto Martowardojo, isu perubahan iklim mendapatkan tempat utama dalam pertemuan tingkat menteri keuangan G20 di Washington, Amerika Serikat, pada 16-17 April 2011. Dampak perubahan iklim juga dibahas dalam pertemuan tahunan Bank Dunia yang disisipkan dalam pertemuan tingkat menteri keuangan G20 tersebut.

"Kami membahas masalah Dialog Bali (pertemuan yang menggali upaya memitigasi perubahan iklim yang ekstrim). Di situ semua negara berpartisipasi untuk bagaimana mengatasi perubahan iklim. Kami juga mencari cara, bagaimana supaya pada tahun 2020 ada penghimpunan dana hingga 100 miliar dollar AS untuk mengatasi dan menjawab isu-isu perubahan iklim," ungkap Agus, Kamis (21/4/2011) di Jakarta.

Sebelumnya, Indonesia mendapat pinjaman sebesar 200 juta dollar AS dari Agence Francaise de Development (AFD) dalam rangka Climate Change Program Loan yang akan digunakan untuk mendukung Rencana Kerja Nasional mengataskan perubahan iklim.

Penandatanganan perjanjian pinjaman itu dilakukan pada 25 November 2008 di Jakarta antara Presiden Direktur AFD Jean-Michel Severino dengan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto, disaksikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Wakil Duta Besar Prancis Yean-YVes Roux.

Pinjaman ini harus mendukung rencana kerja Indonesia dalam mengataskan perubahan iklim dan membantu implementasi target dan tindakan yang sudah disepakati dalam bentuk matriks kebijakan selama tiga tahun.

Untuk program ini, AFD menjadi partner Japan International Cooperation Agency (JICA) yang sudah memberi pinjaman sebesar 300 juta dollar AS kepada pemerintah Indonesia. Selain itu, AFD akan mendanai dalam bentuk hibah bantuan teknis bertarget untuk Departemen Perindustrian terkait efisiensi energi di industri semen dan baja, dan untuk Departemen Kehutanan mengenai studi kelayakan, pasar green carbon berskala kecil dan metodologi perencanaan tata ruang.

Baca juga: Hutan Bakau Simpan Lebih Banyak Karbon

Tahun 2500 Bumi Tak Layak Huni

Pemanasan global, selain menyebabkan perubahan iklim, juga menaikkan suhu bumi rata-rata 0,2 derajat celsius per 10 tahun atau 2 derajat celsius dalam 100 tahun. Kenaikan suhu sebesar itu menyebabkan kenaikan permukaan air laut setinggi 20 sentimeter. Demikian diungkap Kepala Pusat Studi Energi (PSE) UGM, Prof Dr Jumina, di kantor PSE UGM, Sekip Yogyakarta, Senin (11/4/2011).

Lebih lanjut, Jumina mengatakan, tanpa ada upaya serius dan sistematis untuk mengurangi emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) ke atmosfer bumi, suhu rata-rata permukaan bumi yang pada tahun 2010 berada pada kisaran 14,6 derajat celsius akan naik menjadi sekitar 25 derajat celsius pada tahun 2500.

"Artinya, bumi tak akan lagi menjadi tempat hunian yang nyaman bagi manusia, hewan, maupun tumbuhan. Bahkan sangat mungkin manusia tak akan dapat bertahan hidup pada kondisi seperti itu," tutur Jumina.

Terjadinya peningkatan emisi CO2 secara terus-menerus itulah yang menyebabkan para pakar lingkungan merasa sangat prihatin. Usaha untuk mengurangi emisi CO2 pun dilakukan, antara lain melalui penandatanganan Protokol Kyoto pada 1999. Sayang, Amerika Serikat sebagai penyumbang emisi CO2 terbesar kedua di dunia hingga saat ini belum bersedia menandatangani protokol tersebut.

"Begitu pula China yang merupakan penghasil emisi CO2 terbesar di dunia," ungkapnya kemudian.

Data menunjukkan, sumbangan sektor energi terhadap emisi CO2 dan fenomena pemanasan global sangat besar. Dengan demikian, demi mengurangi tingkat emisi CO2 domestik dan menekan laju terjadinya pemanasan global, maka penerapan konsep energi bersih sangat diperlukan. "Energi bersih bisa diartikan sebagai energi ramah lingkungan, atau energi yang tidak menimbulkan pencemaran lingkungan," jelas Jumina.

Bila Indonesia dapat menerapkan konsep energi bersih, maka sistem energi yang dibangun bukan hanya menghasilkan ketahanan energi dalam arti terjadi keseimbangan antara kebutuhan dan pasokan energi nasional, tapi juga dapat mewujudkan terciptanya lingkungan yang sehat, nyaman, dan lestari. "Sehingga sistem energi yang diterapkan akan bervisi jauh ke depan tanpa harus merampas hak dasar generasi penerus," kata Jumina.

Kenyataan, pengembangan teknologi energi bersih dan ramah lingkungan di Indonesia belum memuaskan. Keterbatasan kemampuan SDM merupakan faktor utama. Untuk itu, PSE UGM bekerja sama dengan Sekolah Pascasarjana UGM menggelar seminar sehari "Pengembangan Sumberdaya Manusia Bidang Energi Bersih Menuju Ketahanan Energi Nasional", di gedung Pascasarjana UGM, Selasa (12/4/2011).

Seminar menampilkan beberapa narasumber, antara lain anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Dr Ir Tumiran MEng; Direktur Energi, Telekomunikasi, dan Informatika Bappenas Ir Jadhie J Ardajat MSi; Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Dr Ing Evita Legowo; Direktur Energi Primer PLN Ir Nur Pamudji MEng; Kepala Badan Pengkajian Iklim dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian Ir Arryanto Sagala; serta Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Ir Luluk Sumiarso MSc.

Perubahan Iklim Jadi Kambing Hitam

Said Abdullah,aktvis dari Koalisi Rakyat untuk Ketahanan Pangan mengatakan bahwa banyak kebijakan pemerintah terkait upaya adaptasi perubahan iklim justru tidak tepat. Ia menyampikan hal tersebut dalam diskusi bertajuk "Sejauh Mana Keadilan Iklim di Indonesia?" yang diselenggarakan Forum Masyarakat Sipil Indonesia untuk Keadilan Iklim, Kamis (7/4/2011).

"Perubahan iklim justru jadi kambing hitam, justifikasi pada kebijakan yang mempercepat perubahan iklim," ungkapnya. Dalam konteks ketahanan pangan, ia mencontohkan, saat produksi pangan turun, kebijakan yang diambil justru impor beras. "Pemerintah tidak berpikir bahwa kalau impor itu butuh transport panjang yang berkaitan dengan emisi, seolah menutup mata akan kebutuhan tersebut," paparnya.

Selain itu, ia memberi ilustrasi di Jawa Timur misalnya. Di sana dilakukan penanaman padi hibrida. Padahal langkah itu belum tentu tepat dengan kondisi lingkungan. Penggunaan padi hibrida juga sekaligus membuat masyarakat tergantung pada suplai benih.

Contoh kebijakan lain yang sangat disayangkannya adalah upaya mendorong swasta bermain di bidang pertanian. Menurutnya, tak ada jaminan jika pihak swasta yang mengejar keuntungan bisa mengelola pertanian dengan ramah lingkungan. Di tengah gembar gembor pemerintah untuk mengurangi emisi sebanyak 26-40 persen, ia menilai bahwa pemerintah belum cukup serius berusaha mengatasi perubahan iklim.

Kebijakan yang diterapkan juga cenderung general, tidak melihat kelokalan. Ia mengatakan, adaptasi harus dimulai dengan melihat kondisi lokal, tidak bisa disamakan satu daerah dengan lainnya.

Tentang benih padi yang digunakan misalnya, mestinya mampu menggali potensi lokal dan memberdayakan masyarakat lewat proses penyilangan. "Pengalaman saya di Indramayu, dibanding dengan benih yang diberikan, benih lokal dan yang disilangkan oleh petani justru lebih mampu bertahan dan menghasilkan," paparnya.

Masyarakat sendiri menurutnya telah berupaya secara mandiri melakukan adaptasi. Salah satu langkah yang diambil adalah diversifikasi, misalnya menanam padi sekaligus holtikultura. Ini akan mengatasi masalah bila padi mengalamo kegagalan. Upaya lain adalah peningkatan kapasitas lewat ujicoba varietas tertentu dan pengembangan varietas dengan persilangan. Ke depan, ia berharap upaya masyarakat dilirik untuk dijadikan dasar langkah adaptasi mengatasi perubahan iklim.

Mangrove Hambat Perubahan Iklim

Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa mangrove memberi sumbangan sangat potensial untuk mengurangi emisi karbon dibanding hutan hujan tropis. Masalahnya, mangrove terus mengalami kerusakan dengan cepat di sepanjang garis pantai, sejalan dengan persoalan emisi gas rumah kaca.

Para ahli dari Center for International Forestry Research (Cifor) dan USDA Forest Service menekankan perlunya hutan mangrove dilindungi sebagai bagian dari upaya global dalam melawan perubahan iklim.

"Kerusakan mangrove saat ini sudah pada tingkat yang menghawatirkan. Ini harus dihentikan. Penelitan kami menunjukkan bahwa hutan mangrove mempunyai peranan kunci dalam strategi mitigasi perubahan iklim," kata Daniel Murdiyarso, peneliti senior dari Cifor, Selasa (5/4/2011) malam.

Daniel mengemukakan, pada 15 -20 tahun lalu, luas hutan mangrove Indonesia masih sekitar 8 juta hektar. Saat ini diperkirakan tinggal 2,5 juta hektar.

Cifor mengungkapkan, sebuah studi yang dipublikasikan pada 3 April 2011 dalam Nature GeoScience, para ahli mengukur cadangan karbon dalam hutan mangrove berdasarkan atau luas areal wilayah Indo-Pasifik. Tidak ada studi selama ini yang mengintegrasikan pentingnya mengukur total cadangan karbon mangrove berdasarkan geografi atau luas wilayah hutan mangrove.

Dari hasil-hasil tersebut, para ahli mengestimasi bahwa tingkat pembusukan dan penguraian di hutan mangrove lebih cepat daripada hutan di daratan. Sebagian besar karbon disimpan di bawah hutan mangrove, yang dapat dilihat, yakni antara tanah dan air.

Mangrove hidup sepanjang pantai dari sebagian besar laut-laut utama di 188 negara. Sebanyak 30 sampai 50 persen berkurangnya mangrove sepanjang setengah abad lalu telah menimbulkan ketakutan. Sebab, bisa jadi mangrove akan punah seluruhnya dalam kurun waktu kurang dari 100 tahun.

Kelanjungan mangrove juga terancam oleh tekanan pertumbuhan kota dan pembangunan industri, sebagaimana ancaman dari pertumbuhan tambak atau fish farm yang tidak terkendali.

"Saat ini belum ada kesadaran akan bahaya kehilangan mangrove bagi kelangsungan kehidupan umat manusia. Sehingga, setiap pemerintah harus ditekan agar menyadari pentingnya dan membuat kebijakan yang dapat melindungi hutan mangrove," kata Daniel.

Rayakan "Earth Hour" dengan Romantis

Perayaan "Earth Hour" tahun ini akan jatuh pada tanggal 26 Maret 2011. Earth Hour merupakan sebuah gerakan untuk mematikan lampu dan alat elektronik selama 1 jam, mulai pukul 20.30-21.30 waktu setempat untuk meningkatkan kepedulian tehadap Bumi.

Kampanye global ini didukung banyak pihak termasuk pengelola hotel Sheraton Media Hotel & Towers. Hotel di Jakarta itu mengajak merayakan Earth Hour dengan lebih romantis. Dalam waktu yang ditentukan, Sheraton Media Hotel & Towers mengajak merayakan Earth Hour dengan "Romantic Candle Lit Dinner : Go Dark for Good Cause". Dalam acara itu, pengunjung akan diajak makan malam dalam kegelapan, tanpa cahaya lampu satu pun.

Dalam makan malam itu, pengunjung akan diberi suguhan hidangan berbahan organik dan dihibur dengan hiburan ramah lingkungan berupa musik akustik tanpa listrik. Selain itu, sebagian dana hasil makan malam akan disumbangkan pada WWF Indonesia untuk mendukung program konservasi dan pengembangannya.

General Manager hotel tersebut Julius Slamet mengatakan, "Kami tidak hanya mematikan lampu, tetapi juga tak menggunakan bahan bakar seperti gas. Bayangkan kalau semua melakukannya, berapa yang bisa dihemat," Julius mengatakan, ke depan Earth Hour juga bisa dikembangkan menjadi satu jam tanpa air.

Sheraton Media Hotel & Towers telah merayakan Earth Hour ketiga tahun ini. Dari perayaan tahun lalu, Julius mengatakan bahwa energi listrik yang berhasil dihemat adalah 150 KW. Dikatakan, hotel ini ini juga akan memberikan insentif bagi karyawannya yang mampu melakukan penghematan listrik terbesar.

Nyoman Nyoman Iswarayoga, Director Climate and Energy Program WWF Indonesia mengatakan, dana yang terkumpul dipakai untuk mengembangkan tenaga listrik mikrohidro. "Tempatnya di Desa Harowu, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Kapasitasnya nanti 15 KW, melayani 60 KK. Dana yang dibutuhkan sekitar Rp 1,5 miliar."

Memantau Hutan Indonesia dari Udara

Pemanasan suhu global akibat akumulasi gas rumah kaca, terutama karbon, telah menyebabkan perubahan iklim dan melelehnya es di kutub. Upaya pemantauan dilakukan dengan melihat potensi sumber peredamnya—hutan—dengan teknologi penginderaan jauh, menggunakan satelit dan pesawat terbang.

Indonesia, negeri berhutan tropis terluas kedua di dunia, menjadi incaran banyak negara maju. Dengan potensi sumber daya alam itu, wilayah di khatulistiwa ini menjadi tumpuan dunia untuk menahan dan mereduksi emisi karbon—penyebab pemanasan suhu global.

Namun, seberapa luas kawasan hutan di Indonesia hingga kini belum diketahui pasti karena sebagian besar wilayah di negeri kepulauan ini, terutama Kalimantan, kerap tertutup awan hasil penguapan perairan di sekitarnya.

Indonesia tentu berkepentingan dengan kelestarian sumber daya hutannya karena gas karbon dioksida (CO2) yang teremisi dari wilayahnya terus meningkat. Kenaikannya diproyeksikan dari 1,72 gigaton (Gt) pada tahun 2000 menjadi 2.95 Gt pada 202O, dan bakal menanjak lagi jadi 3,6 Gt t ahun 2030.

Kenaikan ini akan terjadi bila tak ada upaya menekan pelepasan gas karbon dan mengelola sumber karbon, terutama di sektor kehutanan.

Bagi Indonesia, kenaikan emisi karbon dalam kurun waktu lama jelas mengkhawatirkan. Naiknya kandungan karbon—sebagai perangkap panas dari matahari di lingkungan atmosfer— menyebabkan suhu bumi meningkat. Dampaknya antara lain mencairnya es di kutub akan menambah volume air laut hingga menaikkan permukaan laut.

Karena itu, negara pulau dan kepulauan, termasuk Indonesia, bakal terkena dampak signifikan dari proses tersebut, yaitu berkurangnya daratan di kawasan pesisir karena kenaikan permukaan laut.

Dengan program terpadu untuk melestarikan hutan, Indonesia berpotensi mengurangi emisi CO hingga 2.3 Gt pada tahun 2030 atau 4,5 persen dari yang diperlukan di tingkat global. Reduksinya bisa mencapai 50 persen atau 1,16 Gt.

Lalu dengan melestarikan dan merehabilitasi kawasan gambut pengurangan karbon bisa mencapai 0,60 Gt (26 persen). Karena lahan gambut dan hutan merupakan sumber terbesar emisi CO2 di Indonesia, yaitu mencapai 45 persen.

Observasi bumi

Upaya itu tentu memerlukan penguasaan teknologi observasi bumi dan pembangunan jejaringnya. Untuk memantau perubahan tutupan lahan, Indonesia memanfaatkan citra satelit Landsat milik Amerika Serikat.

Namun, itu tidak cukup karena satelit optik ini tidak dapat melihat daerah yang tertutup awan. Karena itu, Indonesia diwakili Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menggandeng JAXA Jepang yang memiliki satelit ALOS (Advanced Land Observation Satellite) Palsar. Dengan sensor Radar (Radio Detection and Ranging) pada satelit yang diluncurkan tahun 2004 itu, daerah yang tertutup awan dapat terpantau.

Pada tahun ini Lapan juga menjalin kerja sama dengan Lembaga Antariksa Inggris (United Kingdom Space Agency/UKSA). Penandatanganan kerja sama dilakukan 1 Februari oleh Kepala LAPAN Adi Sadewo Salatun dan Chief Executive UKSA David Williams.

Kerja sama tersebut tidak sebatas memanfaatkan citra satelit Inggris, tetapi juga untuk meningkatkan kemampuan peneliti Lapan dalam pembuatan satelit Radar pada orbit ekuatorial. ”Ini merupakan terobosan karena selama ini satelit Radar hanya beredar di orbit polar,” kata Adi. Ia mengharapkan terjadi transfer teknologi pembuatan satelit Radar.

Satelit orbit ekuatorial ini memiliki resolusi tinggi, yaitu hingga 3 meter, dan melintas wilayah Indonesia setiap 45 menit. Pengaplikasiannya ditujukan untuk mendukung program REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) dan mitigasi perubahan iklim, kata Bambang Tedja Sumantri, Deputi Bidang Sains, Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan Lapan.

Observasi bumi dengan Satelit Radar antara lain juga untuk memantau ketahanan pangan melalui pemantauan kawasan penanaman padi.

Dalam kerja sama itu, UKSA akan membantu Indonesia untuk memantau hutan dan lahan dengan menyediakan data satelit, keahlian, dan infrastruktur terkait. Dengan memantau kawasan hutan secara efektif dan akurat yang dibantu jaringan internasional, Indonesia diharapkan mampu membuktikan kepada dunia untuk memenuhi pengurangan emisi karbon melalui pemantauan kondisi permukaan bumi di wilayahnya.

Perubahan iklim dapat berdampak besar bagi berbagai sektor kehidupan manusia. Karena itu, negara-negara maju melakukan berbagai langkah adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim, dengan menggandeng negara berkembang.

Kerja sama ini akan memberi efek bagi peningkatan kapasitas sumber daya manusia Indonesia. Hal ini terkait dengan program Lapan di bidang pengembangan satelit. Menurut Deputi Bidang Penginderaan Jauh Nur Hidayat, belum banyak pakar yang menguasai interpretasi data citra satelit Radar.

Selain kerja sama dengan Inggris dalam pembangunan satelit Radar yang diproyeksikan peluncurannya tahun 2014, kata Bambang, Lapan juga memiliki kemampuan membangun satelit mikro, yaitu satelit Lapan-Tubsat. Awal Februari ini, tepat empat tahun satelit ini beroperasi di atas wilayah Indonesia.

Lapan kini mengembangkan tiga satelit eksperimental, yaitu Lapan-Orari dan Lapan A2 (disebut dengan Twin-Sat), serta Lapan-IPB. Satelit tersebut menurut rencana akan diluncurkan pada tahun 2014.

Pemanfaatan data SAR untuk orbit khatulistiwa ini memungkinkan terjalinnya kolaborasi dengan negara tropis lain, seperti Brasil dan Kongo, yang memiliki kawasan hutan yang luas serta untuk pemantauan ketahanan pangan dan kelautan.

”Sebagai wilayah yang memiliki hutan tropis terluas, banyak negara menaruh perhatian pada potensi hutan Indonesia untuk meredam perubahan iklim. SAR memungkinkan hal tersebut,” kata Bambang.

Penggunaan satelit Radar untuk memantau kawasan tropis pernah dirintis Indonesia bersama Belanda dengan menggelar program Tropical Earth Resource Satellite tahun 1982. Namun, rencana tersebut tidak berlanjut karena dinilai belum layak pada masa itu.

Pemantauan hutan dengan sensor Radar juga dilakukan Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional) di Sumatera. Survei udara dengan pesawat terbang dilakukan di areal 300.000 kilometer persegi.

"Green Finance" Solusi Perubahan Iklim

Konsep green finance atau pengucuran modal dengan menggunakan prinsip ramah lingkungan bisa menjadi solusi dari sektor finansial untuk mengatasi dampak perubahan iklim global.

"Ada dua ancaman serius, yaitu masalah penggunaan energi dan lingkungan hidup yang bisa diatasi dengan green finance," kata Special Advisor Head Environment Finance Japan Bank for International Cooperation (JBIC) Takashi Hongo dalam diskusi yang digelar Masyarakat Perikanan Nusantara (MPN) di Jakarta, Kamis (28/1/2011).

Namun, menurut Hongo, untuk menerapkan konsep green finance secara nyata dibutuhkan tekad dari badan finansial, baik swasta maupun pemerintah, untuk mengeluarkan investasi dalam jumlah yang besar. Selain itu, penerapan green finance membutuhkan kemajuan teknologi yang dapat mengurangi dampak perubahan iklim.

Ia mencontohkan, sejumlah nelayan di Jepang beberapa tahun lalu memutuskan untuk menggunakan teknologi LED (light emitting diode) akibat mahalnya harga bahan bakar yang biasa dipakai untuk melaut.

Hongo memaparkan, pada awalnya memang dibutuhkan biaya yang besar untuk membeli dan melengkapi kapal penangkap ikan dengan LED, tetapi setelah digunakan mereka dapat menghemat biaya operasional. "Mereka (para nelayan) meminjam uang dari bank," katanya.

Untuk itu, menurut dia, pembiayaan dan dorongan untuk menggunakan teknologi ramah lingkungan merupakan kunci yang dibutuhkan dalam penerapan green finance.

Sementara itu, pembicara lainnya, Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Ekonomi, Sosial, dan Budaya, Suseno Sukoyono mengatakan, sebenarnya terdapat banyak peluang bisnis atau finansial yang dapat dikembangkan akibat perubahan iklim, termasuk salah satunya green finance.

Apalagi, ujar dia, Indonesia sebenarnya bukanlah merupakan penyumbang emisi terbesar tetapi perubahan iklim telah mengakibatkan sejumlah masalah seperti kenaikan suhu dan naiknya permukaan air laut yang tampak seperti fenomena rob yang akhir-akhir ini kerap terjadi di kawasan Muara Baru, Jakarta Utara.

"Indonesia menghasilkan 1,7 emisi per kapita, sedangkan Amerika Serikat 20,6 dan Australia 16,2," katanya.

Ia juga mengingatkan, krisis energi seperti kenaikan harga minyak yang kini telah mencapai sekitar 100 dolar AS seharusnya juga bisa menjadikan salah satu aspek untuk mendorong penerapan green finance.

Ketua MPN Muhammad Taufiq mengharapkan terbangun jaringan baik di dalam maupun luar negeri atau organisasi internasional dalam menciptakan sumber peluang pembangunan berkelanjutan melalui green finance.

"Skema pendanaan green finance dengan dilandasi lingkungan investasi yang kondusif dengan memasukkan aspek perubahan iklim menjadi salah satu solusi penting dalam membangun Indonesia secara berkelanjutan," katanya.

Berdasarkan data MPN, terdapat potensi total ekonomi kelautan Indonesia yang mencapai 800 miliar dolar AS per tahun yang belum sepenuhnya bisa dimanfaatkan antara lain karena kendala biaya.

"Ekor" Badai Perburuk Cuaca di Indonesia

Menghangatnya suhu muka laut di Indonesia sejak April lalu mengakibatkan akumulasi energi di atmosfer wilayah ini. Anomali itu menimbulkan angin kencang dan hujan lebat disertai petir yang terpicu oleh bibit badai tropis di utara Australia. Ancaman ini berpotensi muncul hingga akhir Januari 2011.

Dalam kondisi normal, pemanasan matahari di perairan tropis akan menghasilkan uap air yang kemudian oleh sistem cuaca global berupa sirkulasi kolom udara Sirkulasi Hadley akan terdistribusi ke wilayah subtropis pada kawasan antara 30 dan 60 derajat Lintang Utara dan Selatan. Oleh Sirkulasi Ferrel selanjutnya diteruskan ke kawasan kutub masuk ke sirkulasi polar.

Mengikuti garis edar matahari itu yang bergerak naik turun ke utara-selatan khatulistiwa, terjadi ”sabuk hujan”. Pada Desember di belahan bumi utara mengalami musim dingin. Sedangkan Juni berlangsung musim panas. Kondisi sebaliknya terjadi di belahan bumi selatan.

Namun, kondisi yang terjadi sejak hampir setahun ini menyimpang dari pola normalnya. Menghangatnya suhu muka laut di hampir seluruh wilayah Indonesia—antara 2 dan 5 derajat celsius di atas normal—sejak April menyebabkan tidak terjadinya distribusi uap air.

”Akumulasi uap air terkonsentrasi di wilayah Indonesia saja. Sedangkan daerah di sekelilingnya kering,” ujar Edvin Aldrian, Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Hal ini ditunjukkan oleh pantauan satelit cuaca pada beberapa hari terakhir. ”Tampak penumpukan awan hujan di Indonesia. Sedangkan di Australia dan Asia Timur nyaris tak berawan. Ini mengakibatkan kawasan tersebut mengalami kekeringan,” ujarnya.

Akumulasi energi ini tentunya menimbulkan dampak negatif juga bagi Indonesia, yaitu terjadinya musim hujan dengan curah hujan di atas normal. Gangguan cuaca ini kian besar hingga puncak hujan pada musim ini, yaitu Desember hingga Februari mendatang.

Ancaman itu muncul bersamaan dengan terjadinya badai tropis yang normalnya terbentuk pada bulan-bulan mendatang. ”Bibit badai sudah mulai terlihat sejak November lalu,” ujar Edvin yang juga peneliti iklim dan cuaca di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Meski baru berupa bibit badai, kondisi cuaca ini sudah cukup berpengaruh bagi Indonesia, yaitu timbulnya angin kencang disertai hujan lebat dan petir serta gelombang laut yang tinggi.

Mengapa demikian? Energi yang ”tersimpan” di atmosfer Nusantara ini terlepas meski dipicu gangguan cuaca yang kecil saja, yaitu berupa bibit badai, belum menjadi badai.

Fenomena ini sudah muncul pada Selasa (28/12/2010). Bibit badai yang terbentuk di utara Australia menimbulkan tarikan udara naik di wilayah Jawa karena adanya jajaran pegunungan di kawasan tengah.

Udara naik dari Banten, kemudian mendingin di kawasan pegunungan hingga turun di Jakarta pada sore hari yang udaranya panas. Pertemuan dua masa angin ini menimbulkan angin puting beliung di berbagai wilayah di Ibu Kota sehingga menumbangkan sekitar 70 pepohonan dan menelan dua korban jiwa.

Potensi terbentuknya puting beliung ditandai dengan cuaca yang cerah pada pagi hari. Cuaca yang mendung pada pagi hari akan meredam meluasnya kejadian angin kencang dan puting beliung.

Ancaman akan semakin besar jika musim pembentukan badai tiba. Selama ini karena Indonesia berada di bawah 10 derajat lintang utara dan selatan, siklon atau badai tropis yang terjadi di luar wilayah ini tak memberikan dampak berarti.

Namun, akumulasi energi yang diyakini Edvin akibat bertumpuknya gas-gas rumah kaca sejak pertengahan abad telah mengakibatkan membesarkan gangguan badai bagi Indonesia. Karena badai semakin besar dan berekor semakin panjang.

”Gangguan cuaca pada musim yang basah ini diperkirakan akan berlangsung hingga lewat Tahun Baru nanti,” ujar Edvin.

Perkiraan cuaca BMKG untuk kurun waktu Selasa (28/12/2010) hingga 3 Januari 2011 menyebutkan, tekanan udara di belahan bumi selatan lebih rendah dibandingkan di belahan bumi utara. Potensi tekanan rendah diperkirakan terjadi di barat Australia. Dan, pada akhir periode tekanan rendah akan muncul di Samudra Hindia sebelah selatan Jawa.

Angin di atas wilayah Indonesia sebelah utara khatulistiwa umumnya dari arah utara-timur. Sedangkan di selatan khatulistiwa dari arah barat daya-barat laut, kecepatan angin 5-45 km per jam. Hujan terjadi di sebagian besar Indonesia dan potensi hujan lebat dapat terjadi di Indonesia sebelah selatan khatulistiwa.

Hary Tirto Djatmiko, Kepala Sub-Bidang Informasi BMKG, mengatakan, hujan deras disertai kilat/petir dan angin kencang perlu diwaspadai hingga 3 Januari di berbagai zona prakiraan musim di Indonesia.

Pada 30-31 Desember 2010, ancaman itu berpotensi mengancam Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Sumatera Selatan, semua provinsi di Pulau Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Tenggara, Maluku Tengah, Papua Barat, dan Papua.

Sedangkan pada 1 hingga 3 Januari 2010, gangguan cuaca mengancam Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Bengkulu, Lampung, semua provinsi di Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Tenggara, Papua Barat, dan Papua.

Sabuk awan

Kondisi memanasnya suhu laut ini ternyata tak hanya terjadi di wilayah Indonesia, tetapi juga di khatulistiwa di belahan bumi lain sehingga terbentuk sabuk awan di sepanjang khatulistiwa.

Kondisi ini mengakibatkan penjalaran gelombang Rossby yang beredar di subtropis—berdampak pada hujan salju ekstrem tertarik ke kawasan selatan. Hal inilah yang menyebabkan entakan udara dingin atau cold surge hingga menimbulkan hujan lebat di Pakistan dan selatan China.

Kondisi serupa berpotensi terjadi di Indonesia jika gelombang Rossby di Siberia tertahan oleh masa udara dari Pasifik, hingga mengarah ke selatan. Sejak November 2006 hingga 2007, BMKG memantau terjadinya cold surge dari Siberia.