Minggu, 11 April 2010

kualitas dan ukuran bola futsal

Bola harus :
- Berbentuk bulat.
- Terbuat dari kulit atau bahan lainnya.
- Minimum diameter 62 cm dan maximum 64 cm.
- Berat bola pada saat pertandingan dimulai minimum 400 gram dan maximum 440 gram.
- Tekanannya sama dengan 0,4 – 0,6 atmosfir (400 – 600 g/cm³).

gawang futsal

Gawang harus ditempatkan pada bagian tengah dari masing-masing garis gawang. Gawang terdiri dari dua tiang gawang (goal post) yang sama dari masing-masing sudut dan dihubungkan dengan puncak tiang oleh palang gawang secara horizontal (cross bar).

Jarak antar tiang ke tiang gawang 3 m dan jarak dari ujung bagian bawah tanah ke palang gawang adalah 2 m.

Kedua tiang gawang dan palang gawang memiliki lebar dan dalam yang yang sama yakni 8 cm. Jaring dapat dibuat dari nilon yang diikat ke tiang gawang dan palang gawang dibahagian belakang yang diberi beban

Gawang harus ditempatkan pada bagian tengah dari masing-masing garis gawang. Gawang terdiri dari dua tiang gawang (goal post) yang sama dari masing-masing sudut dan dihubungkan dengan puncak tiang oleh palang gawang secara horizontal (cross bar).

Jarak antar tiang ke tiang gawang 3 m dan jarak dari ujung bagian bawah tanah ke palang gawang adalah 2 m.

Kedua tiang gawang dan palang gawang memiliki lebar dan dalam yang yang sama yakni 8 cm. Jaring dapat dibuat dari nilon yang diikat ke tiang gawang dan palang gawang dibahagian belakang yang diberi beban.

DAERAH PERGANTIAN PEMAIN FUTSAL

Daerah pemain cadangan terletak pada samping lapangan dengan tempat duduk tim di kedua sisi yang sama sehingga mempermudah untuk pergantian pemain.

Daerah pergantian pemain terletak depan tempat duduk pemain cadangan dan dengan panjang 5 m. Daerah ini ditandai pada masing-masing sisi dengan garis yang memotong garis samping, dengan lebar garis 8 cm dan panjang 80 cm, dimana 40 cm digambarkan didalam lapangan dan 40 cm diluar lapangan.

Daerah Bebas berjarak 5 m dari garis tengah dan garis samping. Daerah bebas ini, secara langsung didepan pencatat waktu dan harus tetap dalam keadaan kosong dan bebas pandangan.

TITIK PINALTI FUTSAL

- Titik Pinalti Pertama digambarkan 6 m dari titik tengah antara kedua tiang gawang dengan jarak yang sama.

* TITIK PINALTI KEDUA

Titik pinalti pertama digambarkan di lapangan 10 m dari titik tengah antara kedua tiang gawang dengan jarak yang sama.

* TENDANGAN SUDUT

Seperempat Lingkaran dengan radius 25 cm ditarik di dalam lapangan dari setiap sudut.

DAERAH PINALTI FUTSAL

Daerah Pinalti ditandai pada masing-masing ujung lapangan sebagai berikut :
- Seperempat Lingkaran, dengan radius 6 m, ditarik sebagai pusat diluar dari masing-masing tiang gawang.
- Seperempat lingkaran digambarkan garis pada sudut kanan hingga garis gawang dari luar tiang gawang. Bagian atas dari masing-masing seperempat lingkaran dihubungkan dengan garis sepanjang 3,16m berbentuk paralel/sejajar dengan garis gawang antara kedua tiang gawang tersebut.

TANDA LAPANGAN

- Lapangan ditandai dengan garis. Garis tersebut termasuk garis pembatas lapangan. Garis yang lebih panjang disebut garis samping (touched line) dan yang lebih pendek disebut garis gawang (goal line).
- Lebar garis pembatas 8 cm.
- Lapangan dibagi menjadi dua dan diberi garis tengah.
- Titik tengah ditandai pada garis setengah lapangan dan lingkaran pada titik tengah dibuat dengan radius 3 m.

Ukuranlapangan futsal

* UKURAN

Lapangan harus berbentuk bujur sangkar. Garis samping pembatas lapangan harus lebih panjang dari garis gawang:
Panjang : Minimal25 m, Maksimal 42 m
Lebar : Minimal 15 m, Maksimal 25 m
Ukuran Pertandingan Internasional:
Panjang : Minimal 38 , maksimal 42 m
Lebar : Minimal 18 m ,Maksimal 22 m

Tips Bermain Futsal

1.Lakukan Pemanasan

Pemanasan sangat penting karena tanpa pemanasan anda akan merasa kaku dan cepat lelah saat bermain, dikarenakan otot-otot anda seperti dikagetkan dari dalam tidurnya, maka lakukanlah pemanasan tapi ingat jangan terlalu berlebihan, anda cukup melakukannya 5-7 menit, kalau berlebihan anda bakal merasa terlalu lelah saat bermain. Banyak latihan olahraga yang mendukung permainan futsal. Pemanasan seperti dalam latihan badminton akan menambah kecepatan kaki.



2.Jangan Minum Terlalu Banyak

Tips ini agar teman-teman tidak merasa kembung. Ingat, walaupun merasa sangat haus, minumlah secukupnya, jangan mengikuti hasrat, dan minumlah air yang tidak dingin dan tidak panas. Kekembungan mempengaruhi cara bermain kita.



3.Bermain Cepat dan Berputar

Dalam futsal, permainan lebih baik dilakukan dengan cepat dan tidak berlama-lama membawa bola, dan disarankan agar setelah mengoper bola secepatnya mencari posisi yang baik untuk kembali dioper. Posisi tetap tidak dianjurkan dalam bermain futsal, karena tidak cocok dengan lapangan yang kecil.



4.Tendang Dengan Ujung Kaki

Dengan beratnya bola futsal, anda dianjurkan untuk menendang bola dengan ujung kaki/jari-jari kaki, maka tendangan anda akan sangat keras. Tendangan memisang tidak terlalu dianjurkan karena masalah lapangan yang kecil lagi.

Tendangan tentunya berbeda dengan tendangan beladiri seperti taekwondo, silat, dsb.



5.Hindari Kontak Badan

Peraturan futsal sama ketatnya dengan basket. Kontak badan akan diberi pelanggaran, dan anda juga tidak boleh menyapu kaki lawan anda, tidak seperti dalam bermain bola lapangan besar. Wasit PSSI untuk futsal tentunya paham dan harus jeli masalah ini.

Perpanjangan waktu

Kebanyakan pertandingan biasanya berakhir setelah kedua babak tersebut, dengan sebuah tim memenangkan pertandingan atau berakhir seri. Meskipun begitu, beberapa pertandingan, terutamanya yang memerlukan pemenang mengadakan babak tambahan yang disebut perpanjangan waktu kala pertandingan berakhir imbang: dua babak yang masing-masing sepanjang 15 menit dimainkan. Hingga belum lama ini, IFAB telah mencoba menggunakan beberapa bentuk dari sistem 'sudden death', namun mereka kini telah tidak digunakan.

Jika hasilnya masih imbang setelah perpanjangan waktu, beberapa kejuaraan mempergunakan adu penalti untuk menentukan sang pemenang. Ada juga kejuaraan lainnya yang mengharuskan pertandingan tersebut untuk diulangi.

Perlu diperhatikan bahwa gol yang dicetak sewaktu babak perpanjangan waktu ikut dihitung ke dalam hasil akhir, berbeda dari gol yang dihasilkan dari titik penalti yang hanya digunakan untuk menentukan pemenang pertandingan.

Tujuan Permainan sepak bola

Dua tim yang masing-masing terdiri dari 11 orang bertarung untuk memasukkan sebuah bola bundar ke gawang lawan ("mencetak gol"). Tim yang mencetak lebih banyak gol adalah sang pemenang (biasanya dalam jangka waktu 90 menit, tetapi ada cara lainnya untuk menentukan pemenang jika hasilnya seri). akan diadakan pertambahan waktu 2x 15 menit dan apabila dalam pertambahan waktu hasilnya masih seri akan diadakan adu penalty yang setiap timnya akan diberikan lima kali kesempatan untuk menendang bola ke arah gawang dari titik penalty yang berada di dalam daerah kiper hingga hasilnya bisa ditentukan. Peraturan terpenting dalam mencapai tujuan ini adalah para pemain (kecuali penjaga gawang) tidak boleh menyentuh bola dengan tangan mereka selama masih dalam permainan.

menendang bola dengan baik

Pertama mungkin dari diri sendiri kita punya rasa ingin bisa menendang bola, setidaknya kita punya niat untuk melakukan sesuatu. hal yang perlu di lakukan. dan cara-cara yang bisa dilakukan

1. Ambil ancang-ancang yang nyaman untuk kita menendang bola.
2. jangan terlalu terburu-buru untuk menendang bola, dan fokuskanlah antara bola dengan kaki anda.
3. sering2lah latihan berat pada kaki. bisa juga dengan skotjump.
4 dan jangan lupa sering-sering latihan.
5. latihan dengan menendang bola pada tujuan yang kita buat sendiri.

Mengangkat bola dengan ujung jari kaki/sepatu

Teknik menendang dengan mengangkat bola dengan ujung jari kaki/sepatu diperlukan keahlian dan latihan terus-menerus, karena biasanya dilakukan pada saat kondisi terjepit dan tidak memungkinkan melakukan tendangan atau umpan mendatar. Bola akan diangkat melewati lawan ke sisi pojok lapangan di daerah lawan baik menyilang atau sejajar. Dilakukan dengan cara :

- Posisi badan berada di belakang bola

- Kaki tumpuan berada disamping bola dan lutut sedikit di tekuk

- Tempatkan ujung jari kaki/sepatu untuk menendang tepat dibawah bola

- Angkat bola dan ayunkan kaki kedepan

- Setelah bola diangkat kaki mengayun mengikuti arah bola

Menendang dengan ujung jari kaki/sepatu

Teknik menendang dengan ujung jari kaki/sepatu biasa disebut futsalovers dengan istilah ”concong” yaitu menggunakan moncong atau ujung sepatu. Jarang digunakan, biasanya dilakukan dalam kondisi berhadap-hadapan satu-satu dengan penjaga gawang. Atau juga pada saat kondisi terjepit dalam tekanan lawan. Dilakukan dengan cara :

- Posisi badan berada di belakang bola

- Kaki tumpuan berada di belakang bola

- Tempatkan ujung jari kaki/sepatu tepat di tengah-tengah bola

- Tendang dengan mendorong bola dengan ujung jari kaki/sepatu

- Setelah menendang kaki sedikit ditarik kembali kebelakang

Menendang dengan tumit

Teknik menendang dengan tumit biasanya digunakan pada saat kondisi terjepit untuk menghindari hadangan lawan atau dalam posisi membelakangi gawang. Bola yang dialirkan tidak terlalu kencang dan pastikan teman anda berada di belakang posisi anda.

Dilakukan dengan cara :

- Posisi badan berada di depan bola

- Kaki tumpuan berada di samping bola

- Tempatkan tumit kaki di depan bola

- Ayunkan kaki kedepan dan tarik kebelakang

- Tempatkan tumit di tengah-tengah bola

- Setelah menendang kaki mengayun ke belakang sedikit mengikuti arah bola

Menendang dengan punggung bagian dalam kaki

Pada umumnya menendang dengan bagian dalam kaki digunakan untuk mengoper jarak jauh (long passing). Namun di permainan futsal teknik menendang dengan cara ini jarang dipergunakan. Dilakukan dengan cara :

- Posisi badan berada dibelakang bola sedikit serong.

- Kaki tumpuan diletakkan di samping bola

- Kaki untuk menendang ditarik kebelakang dan ayunkan kedepan

- Tempatkan punggung bagian dalam kaki pada tengah bawah bola, pada saat kaki mengenai bola, pergelangan kaki ditengangkan

- Setelah menendang kaki tetap mengayun ke depan mengikuti arah bola.

Menendang dengan punggung kaki

Pada umumnya menendang dengan punggung kaki digunakan untuk menembak ke gawang (shooting at the goal). Dilakukan dengan cara :

- Posisi badan berada di belakang bola sedikit condong ke depan.

- Kaki tumpuan diletakkan di samping bola dan ujung kaki menghadap sasaran dan lutut sedikit ditekuk.

- Kaki untuk menendang berada di belakang bola dengan punggung kaki menghadap sasaran, kemudian ayunkan kedepan

- Tempatkan punggung kaki tepat di tengah-tengah bola.

- Setelah menendang kaki tetap mengayun ke depan mengikuti arah bola.

Menendang dengan sisi luar kaki

Teknik menendang dengan menggunakan sisi kaki bagian luar biasanya dilakukan untuk memberikan umpan menyilang ke rekan yang berada di daerah berlawan dengan kita atau untuk memberikan umpan-umpan terobosan menipu lawan.

Dilakukan dengan cara :

- Posisi badan berada di samping bola ke arah bola akan diumpan

- Kaki tumpuan berada dibelakang atau sejajar dengan bola

- Kaki untuk menendang ditarik ke belakang dan ayunkan ke samping sehingga mengenai bola

- Tempatkan kaki tepat di sisi kanan/kiri bola

- Setelah menendang kaki tetap mengayun ke samping mengikuti arah bola

Menendang dengan sisi dalam kaki

Teknik menendang ini digunakan dengan kaki bagian dalam digunakan untuk mengoper jarak pendek (short passing). Teknik menendang ini adalah yang paling sering dilakukan dengan cukup akurat untuk memberikan umpan, tendangan jarak dekat dan biasa dilakukan untuk melakukan tendangan penalti.

Dilakukan dengan cara :

- Posisi badan menghadap sasaran di belakang bola

- Kaki tumpuan berada di samping bola, lutut sedikit ditekuk

- Kaki untuk menendang ditarik kebelakang dan ayunkan ke depan sehingga mengenai bola.

- Tempatkan kaki tepat di area tengah bola.

- Setelah menendang kaki tetap mengayun ke depan mengikuti arah bola

Teknik Menendang

Ada enam teknik cara menendang bola. Beberapa dari teknik tersebut sering kita lakukan, namun beberapa yang lain dibutuhkan teknik latihan tersendiri. Ketujuh teknik tersebut :

- Menendang dengan sisi dalam kaki

- Menendang dengan sisi luar kaki

- Menendang dengan punggung kaki (kura-kura)

- Menendang dengan punggung bagian dalam kaki

- Menendang dengan tumit

- Menendang dengan ujung jari kaki/sepatu

- Mengangkat bola dengan ujung jari kaki/sepatu

Jumlah bayi yang lahir dengan keadaan Down Syndrome

Jumlahnya meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Para peneliti telah menyatakan bahwa jumlah dari bayi yang lahir dengan down syndrome meningkat sekitar 31 persen antara tahun 1979 dan 2003, dan dari 9 hingga 11,8 persen per 10.000 kelahiran pada 10 kawasan di amerika serikat yang sedang dijadikan objek studi.

Studi ini telah menunjukkan bahwa jumlah yang mewakili peningkatan rata-rata sekitar 0,9 persen per tahunnya. Peneliti menganalisa data dari daftar kelahiran berdasarkan 10 populasi di Amerika Serikat, yang mengukur prevalensi diantara anak-anak hingga usia 19 tahun dari setiap region, dan juga pada area lain yang digabungkan.

Selama periode studi ini, prevalensi dari kelahiran meningkat diantara bayi yang dilahirkan dari ibu yang usianya lebih muda. Usia ibu hamil sekitar 35 atau lebih sudah diketahui memiliki faktor resiko mendapatkan bayi dengan down syndrome, yang biasanya disebabkan oleh kelainan kromosom.

Down syndrome disebabkan oleh divisi dari sel yang tidak normal yang terjadi pada perkembangan awal janin. Para ahli medis percaya bahwa hal ini dimulai sejak telur bersatu pada saat pembuahan. Kadang juga, kerusakan ini terjadi pada sperma disaat pembuahan. Tetapi, belum diketahui juga apa sebenarnya yang menyebabkan sel ini terbelah secara tidak normal.

Gen-gen biasanya disatukan dalam kelompok untuk membentuk kromosom. Secara normal, bayi akan mendapat 46 kromosom, 23 dari setiap orangtua. Divisi sel abnormal yang berhubungan dengan down syndrome menghasilkan material genetis tambahan, atau kromosom tambahan. Down syndrome biasanya diklasifikasikan sesuai dengan cara spesifik seperti halnya sel genetis tambahan dihasilkan. Tipe down syndrome translokasi kadang kala di turunkan ke bawah dalam sebuah keluarga.

Peneliti menulis, "kelanjutan (down syndrome) prevalensi pada kelahiran meningkat hampir lima kali diantara kelahiran dari ibu yang lebih tua (38,6 per 10.000) dibandingkan kelahiran pada ibu yang lebih muda (7,8 per 10.000)."

Mampu brkarya

Siapa bilang kekurangan fisik tidak bisa berprestasi? Anak-anak penderita down syndrome di bawah asuhan Ikatan Sindroma Down Indonesia (ISDI) misalnya, justru memiliki segudang prestasi. Salah satu yang membanggakan adalah mereka membuat dua juta pin hasil karya sendiri untuk bangsa.

Penderita yang memiliki kelainan kromosom hingga menyebabkan keterbelakangan fisik dan mental itu juga piawai bermain musik. Mereka bahkan berani manggung di sebuah kafe untuk menunjukkan keahlian bernyanyi. Belum lagi lukisan nan indah hasil karya mereka.

Tak ada sokongan dana dari pemerintah membuat penderita down syndrome harus mandiri. Kreativitas anak-anak tersebut bermula dari saran Melly Kiong, seorang pemerhati anak. Mereka menjual pin dan hiasan kulkas seharga Rp 3.000 per buahnya. Semangat mereka seharusnya bisa menjadi cermin bagi kita.

Apa yang anda perlu ketahui saat anda hamil.

Apa itu Down syndrome ?
Down syndrome adalah satu kelainan genetik yang paling sering. Kelainan ini disebabkan oleh adanya
tambahan kromosom di kromosom nomor 21. Pada bayi normal terdapat 23 pasang kromosom. Setiap
pasang kromosom memiliki nomor dari 1 sampai 23. Jumlah kromosom di nomor 21 adalah sepasang.
Sedang pada bayi dengan Down syndrome ada tiga buah sehingga kelainan ini disebut dengan trisomy
21.
Apa masalah pada bayi dengan Down syndrome?
Down syndrome biasanya menyebabkan retardasi mental ringan sampai sedang atau pertumbuhan
mental yang lambat. Hampir setengah bayi-bayi dengan Down syndrome lahir dengan kelainan jantung.
Beberapa hanya bisa diperbaiki dengan pembedahan. Sebagian bayi dengan Down syndrome juga
memiliki masalah saluran cerna, gangguan pengelihatan atau kehilangan pendengaran.

Therapi yang saya sarankan

1. Therapi behavior : Untuk membentuk tingkah laku sosial ananda.
2. Fisio Therapi : Therapi fisik yang didalamnya memperbaiki gerak tubuh ananda yang belum stabil, melatih keseimbangan, koordinasi gerak tubuh dan lainnya.
3. Okupasi Therapi : Memperbaiki motorik halus ananda agar ananda bisa menggenggam, mengangakat benda dan menulis sehingga ananda bisa bersekolah (mengikuti pelajaran sekolah). Dengan terapi ini ananda akan dilatih untuk membuat semua otot dalam tubuhnya berfungsi dengan tepat.
4. Therapi Wicara : Melatih ananda untuk bisa berkomunikasi dengan baik dan benar. Yaitu dengan latihan enkoding dan dekoding (pengujaran dan pemahaman kata yang diucapkan).
Sehingga ananda dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
5. Therapi Sensory : Untuk melatih kemampuan mengolah dan mengartikan Integrasi seluruh rangsang sensoris yang diterima dari tubuh maupun lingkungan. Dan kemudian menghasilkan respons yang terarah, hal ini berguna untuk meningkatkan kematangan susunan saraf pusat sehingga lebih mampu untuk memperbaiki struktur dan fungsinya. Aktivitas ini sangat merangsang koneksi sinaptik yang lebih kompleks dengan demikian bisa meningkatkan kapasitas untuk belajar

Down syndrome

Salah satu penyakit yang bisa disebabkan oleh faktor genetis (keturunan) dimana salah satu dari keluarga pasangan suami atau istri ada yang mengidap penyakit yang sama. Kemungkinan ini bisa terjadi sekitar 70-80%. Down syndrome sendiri terjadi dikarenakan adanya kromosom abnormalitas pada saat pembuahan terjadi (ini terjadi pada masa prenatal/di dalam kandungan). Penyebab lainnya bisa juga karena si Ibu terkena infeksi pada saat kehamilan, bayi kekurangan nutrisi di awal kehidupannya, terkena bahan kimia yang beracun pada saat kehamilan. Sementara untuk penyebab terjadinya down syndrome pada saat masa kelahiran bisa disebabkan karena kelahiran anoxia (kehilangan oksigen), luka pada otak, dan lainnya.

Pemeriksaan diagnostik

Untuk mendeteksi adanya kelainan pada kromosom, ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan, antara lain:

* Pemeriksaan fisik penderita
* Pemeriksaan kromosom
* Ultrasonography
* ECG
* Echocardiogram
* Pemeriksaan darah (Percutaneus Umbilical Blood Sampling)

Pencegahan Down Syndrome

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan Down Syndrome atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki resiko melahirkan anak dengan Down Syndrome lebih tinggi. Down Syndrome tidak bisa dicegah, karena merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom. Jumlah kromosom 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3. Penyebabnya masih tidak diketahui pasti. Yang dapat disimpulkan sampai saat ini adalah makin tua usia ibu makin tinggi risiko untuk terjadinya Down Syndrom. Diagnosis dalam kandungan bisa dilakukan dengan analisis kromosom dengan cara pengambilan CVS (mengambil sedikit bagian janin pada plasenta) pada kehamilan 10-12 minggu) atau amniocentesis (pengambilan air ketuban) pada kehamilan 14-16 minggu.

Gejala atau tanda-tanda down syndrom

Gejala atau tanda-tanda

Gejala yang muncul akibat sindrom down dapat bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas.

Penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar. Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar, mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds). Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar.

Sementara itu lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphics). Kelainan kromosom ini juga bisa menyebabkan gangguan atau bahkan kerusakan pada sistim organ yang lain.

Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relatf pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongolia, maka sering juga dikenal dengan Mongoloid.

Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa Congenital Heart Disease. kelainan ini yang biasanya berakibat fatal di mana bayi dapat meninggal dengan cepat. Pada sistim pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan pada esophagus (esophageal atresia) atau duodenum (duodenal atresia).

Apabila anak sudah mengalami sumbatan pada organ-organ tersebut biasanya akan diikuti muntah-muntah. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi.

memeriksa apakah seorang anak menderita autis atau tidak

Digunakan standar internasional tentang autis. ICD-10 (International Classification of Diseases) 1993 dan DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual) 1994 merumuskan kriteria diagnosis untuk Autis Infantil yang isinya sama, yang saat ini dipakai di seluruh dunia.

Kriteria tersebut adalah:

Untuk hasil diagnosa, diperlukan total 6 gejala (atau lebih) dari no. (1), (2), dan (3), termasuk setidaknya 2 gejala dari no. (1) dan masing-masing 1 gejala dari no. (2) dan (3).

1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal harus ada dua dari gejala-gejala di bawah ini:
- Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai:
kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik kurang tertuju.
- Tidak bisa bermain dengan teman sebaya.
- Tak ada empati (tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain).
- Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.

2. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada satu dari gejala-gejala di bawah ini:
- Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tak berkembang. Anak tidak berusaha untuk berkomunikasi secara
non-verbal.
- Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak dipakai untuk berkomunikasi.
- Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
- Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang dapat meniru.

3. Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat, dan kegiatan. Minimal harus ada satu
dari gejala di bawah ini:
- Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan.
- Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya.
- Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang.
- Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda.

Tanda - tanda Autisme

* - tidak bisa menguasai atau sangat lamban dalam penguasaan bahasa sehari-hari
* - hanya bisa mengulang-ulang beberapa kata
* - mata yang tidak jernih atau tidak bersinar
* - tidak suka atau tidak bisa atau atau tidak mau melihat mata orang lain
* - hanya suka akan mainannya sendiri (kebanyakan hanya satu mainan itu saja yang dia mainkan)
* - serasa dia punya dunianya sendiri
* - tidak suka berbicara dengan orang lain
* - tidak suka atau tidak bisa menggoda orang lain

Gejala – gejala pada autisme mencakup ganggguan

1. gangguan pada bidang komunikasi verbal dan non verbal

-Terlambat bicara atau tidak dapat berbicara
-Mengeluarkan kata – kata yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain yang sering disebut sebagai bahasa planet
-Tidak mengerti dan tidak menggunakan kata – kata dalam konteks yang sesuai
-Bicara tidak digunakan untuk komunikasi
-Meniru atau membeo , beberapa anak sangat pandai menirukan nyanyian , nada , maupun kata – katanya tanpa mengerti artinya
-Kadang bicara monoton seperti robot
-Mimik muka datar
-Seperti anak tuli, tetapi bila mendengar suara yang disukainya akan bereaksi dengan cepat

2. Gangguan pada bidang interaksi sosial

-Menolak atau menghindar untuk bertatap muka
-Anak mengalami ketulian
-Merasa tidak senang dan menolak bila dipeluk
-Tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang
-Bila menginginkan sesuatu ia akan menarik tangan orang yang terdekat dan mengharapkan orang tersebut melakukan sesuatu untuknya.
-Bila didekati untuk bermain justru menjauh
-Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain
-Kadang mereka masih mendekati orang lain untuk makan atau duduk di pangkuan sebentar, kemudian berdiri tanpa memperlihatkan mimik apapun
-Keengganan untuk berinteraksi lebih nyata pada anak sebaya dibandingkan terhadap orang tuanya

3. Gangguan pada bidang perilaku dan bermain

-Seperti tidak mengerti cara bermain, bermain sangat monoton dan melakukan gerakan yang sama berulang – ulang sampai berjam – jam
-Bila sudah senang satu mainan tidak mau mainan yang lain dan cara bermainnya juga aneh
-Keterpakuan pada roda (dapat memegang roda mobil – mobilan terus menerus untuk waktu lama)atau sesuatu yang berputar
-Terdapat kelekatan dengan benda – benda tertentu, seperti sepotong tali, kartu, kertas, gambar yang terus dipegang dan dibawa kemana- mana
-Sering memperhatikan jari – jarinya sendiri, kipas angin yang berputar, air yang bergerak
-Perilaku ritualistik sering terjadi
-Anak dapat terlihat hiperaktif sekali, misal; tidak dapat diam, lari kesana sini, melompat – lompat, berputar – putar, memukul benda berulang – ulang
-Dapat juga anak terlalu diam

4.Gangguan pada bidang perasaan dan emosi

-Tidak ada atau kurangnya rasa empati, misal melihat anak menangis tidak merasa kasihan, bahkan merasa terganggu, sehingga anak yang sedang menangis akan di datangi dan dipukulnya
-Tertawa – tawa sendiri , menangis atau marah – marah tanpa sebab yang nyata
-Sering mengamuk tidak terkendali ( temper tantrum) , terutama bila tidak mendapatkan apa yang diingginkan, bahkan dapat menjadi agresif dan dekstruktif

5. gangguan dalam persepsi sensoris

• Mencium – cium , menggigit, atau menjilat mainan atau benda apa saja
• Bila mendengar suara keras langsung menutup mata
• Tidak menyukai rabaan dan pelukan . bila digendong cenderung merosot untuk melepaskan diri dari pelukan
• Merasa tidak nyaman bila memakai pakaian dengan bahan tertentu

Mengenali Anak Autisme

Kata AUTISME saat ini sering kali diperbincangkan , dan angka kejadian anak autisme masih terus meningkat diseluruh dunia.Banyak penyandang autisme terutama yang ringan masih tidak terdeteksi dan bahkan sering mendapatkan diagnosa yang salah , atau bahkan terjadi overdiagnosis . hal tersebut tentu saja sangat merugikan anak. Saat ini sering timbul kekuatiran para orang tua jika anak kita terlambat bicara atau bertingkah laku tidak lazim , apakah anak menderita autisme?, Marilah mengenal lebih dalam tentang Autisme pada anak…

Apakah autisme itu ?
Kelainan perkembangan yang luas dan berat, dan mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan tersebut mencakup bidang interaksi sosial , komunikasi , dan perilaku.

Kapan deteksi dini autisme pada anak ?
Gejala autisme mulai tampak pada anak sebelum mencapai usia 3 tahun , secara umum gejala paling jelas terlihat antara umur 2 – 5 tahun.
Pada beberapa kasus aneh gejala terlihat pada masa sekolah.

Berdasarkan penelitian lebih banyak didapatkan pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Beberapa tes untuk mendeteksi dini kecurigaan autisme hanya dapat dilakukan pada bayi berumur 18 bulan ke atas.

Waspadai gejala – gejala autisme

Gejala autisme berbeda – beda dalam kuantitas dan kualitas ,penyandang autisme infantil klasik mungkin memperlihatkan gejala dalam derajat yang berat , tetapi kelainan ringan hanya memperlihatkan sebagian gejala saja.

Kesulitan yang timbul, sebagian dari gejala tersebut dapat muncul pada anak normal, hanya dengan intensitas dan kualitas yang berbeda.

Gangguan pada penderita autisme dalam persepsi sensoris

Perasaan sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa dari mulai ringan sampai berat. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Menangis setiap kali dicuci rambutnya. Merasakan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu. Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila digendong sering melepaskan diri dari pelukan.

Autisme dipengaruhi oleh multifaktorial. Sejauh ini, masih belum terdapat kejelasan secara pasti mengenai penyebab dan faktor resikonya. Strategi pencegahan yang dilakukan masih belum optimal. Saat ini tujuan pencegahan hanya sebatas mencegah agar gangguan yang terjadi tidak lebih berat lagi, bukan untuk menghindari. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengungkap secara jelas misteri penyebab gangguan ini sehingga nantinya dapat dilakukan strategi pencegahannya.

Gangguan pada penderita autisme dalam berperilaku

Sering dianggap sebagai anak yang senang kerapian, harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Terlihat hiperaktif, sering menyakiti diri sendiri seperti memukul atau membenturkan kepala. Kadang sangat hiperaktif atau sangat pasif. Marah tanpa alasan yang masuk akal. Sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri. Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya.

Gangguan pada penderita autisme dalam bermain

Bermain sangat monoton dan aneh, mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama. Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya. Tidak menyukai boneka, tetapi lebih menyukai benda yang kurang menarik seperti botol, gelang karet, baterai, dsb. Tidak reflek, tidak berimajinasi dalam bermain, tidak dapat meniru tindakan temannya, dan tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura pura. Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar atau angin yang bergerak.

Gangguan bidang interaksi sosial

Menolak atau menghindar untuk bertatap muka. Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak senang atau menolak dipeluk. Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan tangan orang yang terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya. Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain. Saat bermain bila didekati malah menjauh.

Gangguan pada penderita autisme

Kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara,. menggunakan kata kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan, berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain. Suka menirukan kata, kalimat atau lagu tanpa tahu artinya. Bicaranya monoton seperti robot, tidak digunakan untuk komunikasi dan mimik datar

Autisme itu!!

Autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang komunikasi, gangguan dalam bermain, bahasa, perilaku, gangguan perasaan dan emosi, interaksi sosial, perasaan sosial dan gangguan dalam perasaan sensoris.

Klasifikasi

A. Developmental language disorders (ganguan perkembangan berbahasa)
1. Hanya mengalami gangguan ekspresif dengan pemahaman normal dengan sedikit atau tanpa komorbiditas - gangguan lain yang menyertainya (pure dysphasia development atau expressive language disorder menurut DSM IV)
Gangguan campuran antara perkembangan bahasa ekspresif dan reseptif (mixed receptive-expressive language disorder DSM IV). Seringkali terjadi adanya deskrepansi (perbedaan) yang bermakna antara skor tes verbal IQ dengan performal (non-verbal) IQ, dimana skor verbal IQ mencapai skor yang sangat rendah. Atau non-verbal IQ mencapai skor lebih tinggi daripada tes pemahaman bahasa. Pemahaman bahasa lebih rendah daripada rata-rata anak seusianya, artinya ada gangguan perkembangan bahasa reseptif (receptive dysphasia).
1 dan 2 di atas dapat terjadi pada anak yang mengalami gangguan perkembangan bahasa dan bicara.

B. Gangguan bahasa reseptif: diluar definisi dysphasia development, karena pemahaman bahasa lebih jelek daripada bahasa ekspresif.
1. Kemampuan reseptif dan ekspresif sangat rendah (delay atau tertinggal); seringkali diikuti dengan gangguan nonverbal (mengalami juga keterbelakangan mental). Dalam bentuk yang parah didapatkan asymbolic mental retardation atau “mute autistic”. Pemahaman bahasa dan bicara sama sekali tak nampak.
2. Verbal-auditory agnosia atau congenital word deafness (bentuk ringan dari phonologic perception problem)
3. Cortical deafness, total auditory agnosia (congenital auditory imperception).
4. Gangguan sensorik pendengaran yang parah.

C. Gangguan semantik-pragmatik
Gangguan bahasa Semantik (pengertian) – pragmatik (penggunaan) sering dimulai dengan bahasa dengan echolalia yang banyak.

D. Gangguan kelancaran bicara, atau gagap.
E. Mutisme selektif (tidak mau bicara dalam situasi atau tempat tertentu)
F. Miskin bahasa karena kurang stimulasi
G. Gangguan artikulasi dan gangguan perkembangan bahasa dan bicara, sering disebabkan karena masalah seperti dalam pembangian 1 & 2

Gangguan perkembangan bicara dan bahasa karena sebab-sebab lain:
1. Child-afasia (disebabkan karena traumatic, tumor, infeksi)
2. Landau-Kleffner-syndrom (gejala mirip pada pembangian B)
3. Kemunduran perkembangan bahasa dan bicara dengan penyebab tak diketahui dengan atau tanpa epilepsi saat tidur dan gangguan nosologi yang tak diketahui penyebabnya, sering juga terjadi pada Autisme Spectrum Disorder (ASD).

Terlambat bicara atau autisme

Pertanyaan ini aku lihat paling banyak ditanyakan oleh para Ibu yang mempunyai anak usia 1,5 tahun, 2 tahun, 2,5 tahun yang belum juga bicara. Kadang ada yang cerita belum banyak bicaranya, tetapi sudah mengerti jika diajak ngbrol. Ketakutan akan bergangguan autisme memang beralasan, karena publikasinya memang begitu mengatakan bahwa: hati-hati jika anak terlambat bicara, kemungkinan autisme.

Berapa banyak autisme? Banyak, begitu menurut publikasi. Berapa jelasnya? Engga tahu, karena angkanya samaunya. Ada yang bilang 1 : 500, ada yang 2: 250, eh ada juga yang bilang 1 : 150. Bayangkan dong kalau 1: 150, apa nanti gak bakal muncul partai kelompok autisme? Kok tinggi banget sih? Kalau tinggi begitu kenapa kok WHO engga membuat seruan serbu autisme, dan semua Negara membuat program pemberantasan ataupun pencegahan autisme. Ya engga, karena menurut banyak orang yang ngubek autisme, konon karena pertama yang salah:
1) tatalaksana sistem diagnosa autisme kurang ketat, seharusnya dilakukan secara multidisiplin, jangka waktu lama, berbulanan, hingga setahun, baru ditegakkan diagnosanya, tapi banyak hanya dengan satu kali kunjungan, tanpa konsultasi kiri kanan, bahkan ada yang cuma liwat mailing list segala, saat seorang Ibu bertanya mengapa anaknya belum bicara, langsung dapat diagnosa.
2) DSM IV atau ICD 10 yang menjadi dasar penegakan diagnosa jadi biang kerok.

Salah satu artikel yang secara terus terang mengkritik kriteria itu ditulis oleh Tine van Schijndel-Jehoel seorang orthopedagog peserta program doktor neuropsikologi klinik dari Universitas Tilburg – Belanda. Artikel itu adalah bagian dari pendidikan doktornya, yang ditampilkan di sebuah majalah autisme ilmiah Wetenschapplijk Tijdschrift Autisme, edisi Agustus 2005, dengan judul artikel: Brein bedriegt: als een autisme spectrum stoornis geen autisme is (Otak yang menipu: jika autisme spectrum disorder ternyata bukan autisme). Ia menjelaskan bahwa:
1) DSM IV adalah kelanjutan dari DSM III, dan ICD 10 adalah kelanjutan dari ICD 9;
2) dalam kriteria itu baik DSM IV maupun ICD 10, yang diambil dari DSM III & ICD 9, adalah prototip sistem klasifikasi bahwa: seorang anak dapat didiagnosa berdasarkan kumpulan gejala tertentu, tanpa harus memenuhi seluruh kriteria yang ada;
3) kumpulan gejala itu tak ada penjelasan latar belakang penyebab dan mengapa gejala itu bisa terjadi;
4) kriteria itu tidak pernah melalui upaya-upaya berbagai penelitian guna mendukung akurasi kriteria;
5) ketiga faktor yang menjadi dasar diagnosa (gangguan interaksi sosial, gangguan komunikasi, dan perilaku repetitif dan stereotipik) tidak diberi definisi secara jelas.


Akibat dari kriteria yang digunakan itulah yang pada akhirnya menjadi penyebab banyaknya anak-anak dengan bermacam-macam pola gejala mendapatkan diagnosa yang sama, yaitu autisme, yang dengan catatan sebetulnya sangat beragam (heterogen). Dengan alasan heterogenitas dan kesulitan menentukan letak setiap anak yang menerima diagnosa itu dalam sebuah spektrum yang panjang, akhirnya digunakanlah istilah Autism Spectrum Disorder (ASD). Menurut Shijndel-Jehoel lagi bahwa para ilmuwan saat melakukan penelitian seringkali juga menjadikan Autism Spectrum Disorder (ASD) sebagai satu objek grup penelitian yang dianggap homogen. Artinya semua ini menurutnya bahwa perkembangan kognitif neuropsikologi anak didiagnosa melalui kumpulan gejala tanpa memperhatikan lagi perbedaan etiologi (penyebab) dari setiap kelompok dalam spektrum tersebut. Dalam menangkap tanda-tanda gangguan autisme ini, gejala perilakulah yang menjadi sasaran, maka berbagai gejala perilaku akan terjebak masuk ke dalam term perilaku menyimpang, tanpa memperhatikan lagi apakah seorang anak mempunyai performa atau kinerja yang baik, mempunyai potensi, mempunyai prinsip yang kuat, dan dapat menunjukkan perilaku sosial yang adaptif, yang ke semuanya itu bisa saja nampak dalam situasi di rumah.

Hormon cinta

Hormon cinta atau oksitosin terbukti bermanfaat memperbaiki fungsi sosial para penderita autisme, demikian dilaporkan sebuah riset terbaru di Prancis.

Angela Sirigu dan timnya dari laboratorium CNRS di Bron, Prancis menemukan pemberian oksitosin dalam bentuk inhalasi kepada partisipan pengidap spektrum autisme menunjukkan hasil yang baik. Mereka cenderung lebih fokus dalam memberikan perhatian terhadap mata dan wajah manusia -- yang merupakan penanda penting dari interaksi sosial.

Riset ini dilakukan dengan cara membandingkan efek oksitosin pada 13 individu berusia 17-39 tahun - 10 di antaranya dengan gejala spektrum autis dan tiga lainnya mengidap high functioning autisme (autisme dengan tingkat IQ tinggi) - dengan 13 kelompok populasi kontrol. Kedua kelompok ini diperintahkan bermain video game sepakbola di mana kelompok autisme mendapatkan inhaler oksitosin.

Riset yang dipublikasi secara online dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, itu menemukan bahwa inhalasi oksitosin pada dewasa yang pengidap Sindrom Asperger atau autisme IQ tinggi membuat mereka cenderung senang bermain dengan partner mereka yang lebih responsif secara sosial dalam video gim sepakbola.

"(Riset) Kami menunjukan bahwa oksitosin dapat merangsang pendekatan sosial dan pemahaman sosial para pasien pengidap autisme," ungkap Sirigu.

"Studi lebih lanjut dibutuhkan untuk mengetahui apakah asupan oksitosin untuk jangka panjang dapat memperbaiki pada kehidupan soal para pasien ini dalam kesehariannya," tambahnya.

Hormon oksitosin adalah hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus dan disimpan dalam kelenjar pituitari belakang. Hormon ini biasanya banyak diproduksi oleh wanita hamil menjelang melahirkan dan juga dilepaskan pria dan wanita saat berhubungan intim. Hormon ini juga terbukti berkaitan dengan ikatan emosional dan hubungan interpersonal.

kondisi klinis

#Autisme merupakan kondisi klinis yang dapat berkembang sejak awal masa anak-anak.dan bersifat kronik yang ditandai dengan kegagalan ataupun ketidakmampuan dalam berhubungan sosial dengan lingkungan ataupun dengan individu lainnya, keterlambatan perkembangan bahasa, serta gangguan perilaku. Angka kejadian dari autisme ini diperkirakan mencapai 20 kasus per 10.000 anak, dan studi lain dilaporkan sebesar 63 kasus per 10.000 anak. Pada beberapa kasus, gejala utama dari autisme ini sering disertai dengan perubahan perilaku yang serius seperti: perilaku merusak diri, agresivitas, tantrum yang merupakan suatu respon terhadap tuntutan lingkungan. Dan masalah gangguan perilaku ini akan menyebabkan masalah dalam proses rehabilitasi baik dari orang tua maupun dari pembimbing yang tentunya membutuhkan usaha yang lebih besar untuk memperbaiki hal tersebut.

Walaupun terapi perilaku dapat menurunkan agresivitas namun hal ini sangat bersifat individualistik dan belum ada studi acak tersamar ganda untuk hal ini, dan pula zat-zat yang dapat digunakan untuk autisme juga masih terbatas. Antagonis terhadap reseptor dopamine secara teoritis dapat digunakan, haloperidol merupakan salah satu antagonis reseptor dopamine yang memberikan efek positif. Namun penggunaan haloperidol pada anak-anak sangat dikhawatirkan khususnya dalam hal efek samping baik dalam jangka waktu pendek maupun pada penggunaan jangka panjang. Tidak seperti haloperidol, penggunaan atipikal antipsikotik yang mampu menghambat reseptor serotonin pasca sinaps yang diharapkan mampu memperbaiki efektivitas namun dengan efek samping gejala-gejala ekstrapiramidal yang lebih baik.

Risperidone yang merupakan salah satu atipikal antipsikotik, merupakan antagonis dopamin (D2), dan serotonin (5HT2A) dan lainnya khususnya pada penggunaan dosis kecil, risperidone diakui mempunyai efek ekstrapiramidal yang relatif kecil jika dibandingkan dengan preparat yang konvensional. Beberapa studi preliminari menunjukkan risperidone efektif dan aman digunakan untuk menurunkan gejala-gejala gangguan perilaku pada populasi studi dengan autisme. Namun apakah data-data dari studi pendahuluan ini juga menunjukkan bukti efektif dan aman jika dilakukan studi klinis dengan disain yang terkontrol, khususnya pada anak-anak ?

Beberapa studi penggunaan risperidone untuk penanganan kasus autisme ini sudah banyak dilakukan, salah satunya adalah studi penggunaan risperidone yang melibatkan sebanyak 101 anak-anak, dengan gangguan autistic, dengan rentang usia antara 5 – 17 tahun. Subyek dalam studi tersebut secara acak diberikan terapi dengan risperidone dosis 0,5 – 3,5 mg per hari atau plasebo sebagai pembanding. Studi ini dilakukan selama 8 minggu, dan memberikan hasil terjadinya penurunan dari skor iritabilitas sebesar 56,9%, dibandingkan dengan yang mendapat plasebo yaitu sebesar 14,1% (p<0,001). Besar perbaikan dari CGI skor dengan derajat baik dan baik sekali adalah sebesar sebesar 69% dan 12% masing-masing untuk risperidone dan plasebo. Risperidone sering dihubungkan dengan penigkatan berat badan, dan dalam studi ini pada kelompok yang mendapat risperidone terjadi peningkatan berat badan sebesar 2,7 ± 2,9 kg, sedangkan pada kelompok plasebo sebesar 0,8 ± 2,2 kg (p<0,01).

Efektivitas risperidone juga ditunjukkan oleh studi yang lain, tuatu studi dengan lama pemberian risperidone yang lebih lama dilakukan terhadap 37 anak-anak dengan autisme (5 – 17 tahun), dengan gejala-gejala perilaku yang agresif, dan tantrum. Total lama pemberian risperidone adalah 6 bulan. Secara umum pada kelompok yang mendapat risperidone terjadi perbaikan dari perilaku pada anak-anak dengan autisme tersebut. Risperidone juga lebih superior dalam hal mencegah terjadinya kekambuhan, yaitu masing-masing 3 dari 12 anak pada yang mendapatkan risperidone dan 8 dari 12 anak dari kelompok plasebo. Namun penggunaan jangka panjang ternyata juga meningkatkan risiko efek samping terutama adalah peningkatan nafsu makan dan berat badan, kecemasan, serta keluhan rasa lelah.

Namun secara umum penggunaan risperidone untuk memperbaiki perilaku pada anak dengan autisme (agresif, tanrum, dsb) menunjukkan efektivitas yang lebih baik daripada plasebo. Penggunaan jangka pendek secara umum mempunyai keamanan yang baik.